> >

Kisah Puluhan Rumah Apung Ikonik di Sungai Nil Mesir, Terancam Musnah

Kompas dunia | 30 Juni 2022, 00:05 WIB
Rumah apung di pesisir Sungai Nil, Mesir. (Sumber: Twitter Omar Robert Hamilton)

Ekhlas Helmy, penduduk tertua yang tinggal di rumah apung, meminta Presiden Mesir Abdul Fattah el-Sisi untuk membatalkan keputusan penghancuran massal.

"Saya tidak memiliki ingatan jauh dari Sungai Nil, saya lahir di sini dan tinggal di sini selama 87 tahun," ungkap Helmy via Facebook.

"Mereka mengklaim bahwa saya tidak membayar izin, tetapi pada kenyataannya, pihak berwenang menolak untuk menerima uang dan mengatakan bahwa perpanjangan izin ditangguhkan," lanjutnya.

"Di zaman sekarang ini, saya ingin menjalani sisa hidup dengan damai," tandasnya.

Baca Juga: Jelang ke Ukraina & Rusia, PM Italia Sebut Jokowi Didemo Anggota G7

Seperti diberitakan Midddle East Eye, setidaknya terdapat 600 rumah apung di Sungai Nil hingga tahun 1960-an yang dihuni penulis, musisi, tokoh media dan mata-mata serta politisi asal Inggris hingga Jerman.

Namun, selepas tahun tersebut, warga mulai meninggalkan rumah apung karena pemerintah memindah mereka ke utara sungai dekat dengan Imbaba, salah satu lingkungan kelas pekerja Kairo.

Terlepas dari itu, peraih nobel Naguib Mahfouz dalam salah satu novelnya, Adrift on the Nile, juga mengisahkan tentang rumah apung. 

Ia menulis ihwal sekelompok orang yang berkumpul tiap malam di sebuah rumah apung hanya untuk merokok, melambangkan kemerosotan masyarakat Mesir selama era pemerintahan Presiden Gamal Abdel-Nasser. 

Novel itu telah diadaptasi menjadi film berjudul "Chitchat on the Nile" pada 1971.

Baca Juga: Rusia Sudah Tembakkan 2.811 Rudal Ke Ukraina

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Middle East Eye


TERBARU