> >

TotalEnergies Keluar Myanmar Karena Memburuknya Kondisi Politik dan Pelanggaran HAM

Kompas dunia | 24 Januari 2022, 10:16 WIB
Logo perusahaan minyak dan gas Prancis TotalEnergies terlihat di sebuah pompa bensin di Ressons, Prancis, 6 Agustus 2021. TotalEnergies memutuskan hengkang dari Myanmar karena kondisi politik dan pelanggaran HAM yang semakin memburuk sejak kudeta militer. (Sumber: Antara )

COURBEVOIE, KOMPAS.TV- Perusahaan energi asal Prancis, TotalEnergies, memutuskan untuk berhenti beroperasi dan keluar dari Myanmar. Keputusan itu diambil karena memburuknya situasi politik dan pelanggaran hak asasi manusia selama kudeta berkepanjangan di sana.

"Situasi, dalam hal hak asasi manusia dan secara lebih umum supremasi hukum, yang terus memburuk di Myanmar sejak kudeta Februari 2021, telah membuat kami menilai kembali situasi dan tidak lagi memungkinkan TotalEnergies untuk memberikan kontribusi yang cukup positif di negara itu," kata manajemen TotalEnergies seperti dikutip Antara, Senin (24/1/2022).

Sejak kudeta, pasukan keamanan Myanmar telah membunuh lebih dari 1.400 orang dan menangkap ribuan orang untuk meredam perlawanan.

"TotalEnergies telah memutuskan untuk memulai proses kontraktual penarikan dari lapangan Yadana dan dari MGTC di Myanmar, baik sebagai operator maupun sebagai pemegang saham, tanpa kompensasi finansial," lanjut juru bicara TotalEnergies.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Kian Tekan Aung San Suu Kyi, Beri 5 Dakwaan Korupsi Baru

TotalEnergies menyatakan, bisnis di Myanmar tidak terlalu berdampak pada keuangan perusahaan. Lantaran negara itu hanya menyumbang sekitar 1 persen dari pendapatan  perusahaan.

"Pertimbangan keuangan tidak pernah menjadi penting dalam hal ini. Operasi kami di Myanmar berjumlah 105 juta dollar AS pada 2021, itu setara kurang dari 1 persen total pendapatan perusahaan," ujarnya.

TotalEnergies mengatakan telah memberi tahu mitranya di Myanmar tentang penarikan perusahaan. Penarikan akan berlaku efektif paling lambat setelah periode kontrak 6 bulan.

Perjanjian sebelumnya menetapkan bahwa kepentingan TotalEnergies akan dibagi di antara mitra saat ini. Kecuali jika mereka keberatan dengan alokasi tersebut, peran operator akan diambil alih oleh salah satu dari Mitra TotalEnergies.

Baca Juga: Disebut Berpihak pada Myanmar, Kamboja: Ini Bukan Mendukung Junta, tapi Pendekatan Berbeda

TotalEnergies telah menjadi operator ladang gas Yadana blok M5 dan M6 di Myanmar sejak 1992 dengan mitra Unocal-Chevron, PTTEP, dan grup minyak dan gas milik negara Myanmar MOGE. PTTEP adalah anak perusahaan dari perusahaan energi nasional Thailand PTT.

Juru bicara perusahaan mengatakan, kemungkinan besar aset mereka di Myanmar akan diserahkan kepada PTT.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Bantai dan Bakar Jasad 30 Orang, Beberapa di Antaranya Anak-Anak

Ladang Yadana menghasilkan sekitar 6 miliar meter kubik gas per tahun. Sekitar 30 persen yang dihasilkan dipasok ke MOGE untuk keperluan domestik.

Sedangkan, 70 persen sisanya diekspor ke Thailand untuk dijual ke PTT.

"Gas ini membantu menyediakan sekitar setengah dari listrik di ibu kota Burma Yangoon dan memasok bagian barat Thailand," ungkap juru bicara TotalEnergies.

Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto

Sumber : Antara


TERBARU