> >

Belasan Gajah di Sri Lanka Mati karena Makan Limbah Plastik

Kompas dunia | 15 Januari 2022, 07:50 WIB
Seekor gajah ditemukan mati di Pallakkadu, Ampara, Sri Lanka pada 6 Januari 2022. Limbah plastik ditemukan dalam perut gajah tersebut. (Sumber: Achala Pussalla/Associated Press)

KOLOMBO, KOMPAS.TV - Banyaknya tempat pembuangan sampah yang berada di kawasan satwa liar menjadi masalah tersendiri bagi upaya konservasi Sri Lanka. Limbah, khususnya plastik, mengancam gajah-gajah di negara itu.

Kalangan dokter hewan dan konservasionis memperingatkan tempat pembuangan sampah terbuka di timur Sri Lanka membunuhi gajah di wilayah tersebut.

Pekan lalu, dua gajah ditemukan mati setelah mengonsumsi limbah plastik. Angka itu menambah panjang daftar gajah di Sri Lanka yang mati akibat limbah.

Delapan tahun terkini, sekitar 20 gajah telah mati akibat mengonsumsi limbah plastik di Pallakadu, distrik Ampara, wilayah timur Sri Lanka.

Baca Juga: Tragis, 2 Gajah Tewas Ditabrak Kereta saat Tengah Berjalan di Rel

Pemeriksaan terhadap bangkai gajah menunjukkan mereka telah memakan plastik berjumlah besar yang ada di tempat pembuangan.

“Polimer, pembungkus makanan, plastik, benda tak terurai lain dan air adalah apa yang dapat kami lihat dalam posmortem. Makanan yang biasa dikonsumsi dan dicerna gajah tidak ada,” kata Nihal Pushpakumara, dokter hewan liar setempat.

Gajah ditakzimkan di Sri Lanka, tetapi keberadaannya terancam. Menurut sensus, populasi gajah menurun dari 14.000 pada abad 19 menjadi sekitar 6.000 pada 2011.

Fenomena limbah plastik dekat lingkungan satwa turut mengancam eksistensi makhluk tersebut. Belakangan, gajah-gajah di Sri Lanka hidup semakin dekat manusia karena tergerusnya habitat alami.

Gajah Sri Lanka mencari makanan di tempat pembuangan sampah di Pallakkadu, Ampara, sekitar 210 kilometer timur Kolombo. Di Sri Lanka, sekitar 20 gajah mati akibat makan limbah plastik selama delapan tahun terkini. (Sumber: Achala Pussalla/Associated Press)

Datangnya gajah pun kerap memicu konflik. Pemburu mengincar mereka dan petani membunuh gajah karena marah tanamannya dirusak.

Gajah-gajah yang lapar pun mendatangi tempat pembuangan untuk mencari makan. Mereka memakan sampah plastik serta objek-objek yang merusak pencernaan.

“Gajah lalu berhenti makan dan melemah sehingga tak mampu menahan berat badan. Ketika itu terjadi, mereka tidak bisa makan atau minum, yang mana mempercepat kematian mereka,” kata Pushpakumara.

Pemerintah sendiri telah mengumumkan berencana mendaur-ulang sampah di tempat pembuangan yang dekat kawasan satwa liar. Janji itu dibuat pada 2017 tetapi belum ditepati hingga kini.

Menurut otoritas terkait, terdapat 54 tempat pembuangan di kawasan satwa liar di Sri Lanka. Sekitar 300 gajah mendiami tempat-tempat itu.

Baca Juga: Apakah Gajah Dapat Bertahan Hidup Tanpa Belalai?


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU