> >

Filipina Umumkan Pembelian Peluru Kendali Jelajah BrahMos dari India, Laut China Selatan Makin Panas

Kompas dunia | 15 Januari 2022, 03:35 WIB
FIlipina setuju membeli sistem peluru kendali anti-kapal dari India, untuk menopang keamanan negaranya dalam menghadapi agresi China yang meningkat di Laut China Selatan, seperti dilansir Straits Times, Jumat (14/1/2022). (Sumber: Defence Talk)

MANILA, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Filipina mengumumkan negaranya setuju membeli sistem peluru kendali antikapal dari India. Pembelian itu untuk menopang keamanan negaranya dalam menghadapi agresi China yang meningkat di Laut China Selatan, seperti dilansir Straits Times, Jumat (14/1/2022)

Militer Filipina adalah salah satu yang paling buruk perlengkapannya di Asia ketika pendahulu Presiden Rodrigo Duterte, Benigno Aquino, memulai program modernisasi sederhana tahun 2012, tetapi masih belum bisa menandingi tetangganya China.

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana memberikan sedikit rincian tentang kontrak senilai hampir USD375 juta yang diberikan kepada BrahMos Aerospace untuk memasok sistem peluru kendali antikapal yang berbasis di darat ke Angkatan Laut Filipina.

BrahMos, perusahaan patungan antara India dan Rusia, mengembangkan rudal jelajah yang menurut Kementerian Pertahanan India adalah yang tercepat di dunia. Filipina akan menjadi negara pertama yang membelinya.

Kesepakatan itu melibatkan tiga unit baterai peluru kendali, pelatihan untuk operator dan pengelola serta dukungan logistik, kata Lorenzana di Facebook di mana ia memposting salinan "Pemberitahuan Penghargaan".

Duterte berusaha untuk memperoleh sistem peluru kendali untuk militer Filipina di bawah program modernisasi yang disebut "Cakrawala Kedua".

"Itu bagian dari pertahanan teritorial kami," kata Kolonel Ramon Zagala, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina.

Baca Juga: India Uji Peluru Kendali Balistik Hulu Ledak Nuklir Berdaya Jangkau 5.000km

FIlipina setuju membeli sistem peluru kendali anti-kapal dari India, untuk menopang keamanan negaranya dalam menghadapi agresi China yang meningkat di Laut China Selatan, seperti dilansir Straits Times, Jumat (14/1/2022) (Sumber: South China Morning Post)

Sistem itu, kata Kolonel Ramon, akan bertindak sebagai pencegah bagi calon agresor karena dapat mencapai target dari jauh.

Analis militer dan sejarawan Jose Antonio Custodio mengatakan sistem itu kemungkinan akan ditempatkan di sisi barat pulau utama Luzon atau di pulau Palawan, tetapi dia menyampingkan pulau-pulau Spratly karena "kurangnya penyembunyian".

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU