> >

Pemberontak Tigray Merangsek Dekati Ibu Kota Addis Ababa, Ethiopia Darurat Nasional

Kompas dunia | 3 November 2021, 05:52 WIB
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed. Ethiopia pada Selasa (02/11/2021) mengumumkan keadaan darurat nasional setelah pemberontak Tigray TPLF merebut dua kota penting dalam upaya menuju ibu kota Addis Ababa. (Sumber: AP Photo/Mulugeta Ayene, File)

ADDIS ABABA, KOMPAS.TV - Kabinet Ethiopia pada Selasa (2/11/2021) mengumumkan keadaan darurat nasional setelah pemberontak Tigray TPLF merebut dua kota penting dalam upaya menuju ibu kota.

"Keadaan darurat bertujuan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman yang dilakukan oleh kelompok teroris TPLF di beberapa bagian negara," Fana Broadcasting Corporate melaporkan, merujuk pada Front Pembebasan Rakyat Tigray.

Seperti dilaporkan media yang berafiliasi dengan negara, Fana, yang dikutip Straits Times, anggota parlemen diharapkan menyetujui tindakan itu dalam waktu 24 jam.

Dalam beberapa hari terakhir, TPLF mengklaim kendali atas dua kota utama sekitar 400 km dari Addis Ababa dan tidak mengesampingkan kemungkinan merangsek ke ibukota, yang sejauh ini belum mengalami pertempuran apapun.

Pemerintah Ethiopia membantah klaim keuntungan teritorial TPLF yang, jika klaim TPLF benar, merupakan kemajuan strategis besar secara militer.

Sebagian besar Ethiopia utara berada di bawah pemadaman komunikasi, dan akses bagi wartawan dibatasi, membuat klaim medan perang sulit untuk diverifikasi secara independen.

Baca Juga: Serangan Udara Ethiopia ke Ibu Kota Tigray Tewaskan 3 Anak-Anak

Asap hitam nan tebal mengepul dari serangan udara militer Ethiopia di Mekele, ibu kota Tigray, Ethiopia, Rabu (20/10/2021). Ethiopia pada Selasa (02/11/2021) mengumumkan keadaan darurat nasional setelah pemberontak Tigray TPLF merebut dua kota penting dalam upaya menuju ibu kota Addis Ababa. (Sumber: AP Photo, File)

T.P.L.F. berdiri pada pertengahan 1970-an sebagai milisi kecil etnis Tigray, kelompok yang telah lama terpinggirkan oleh pemerintah pusat dan berperang melawan kediktatoran militer Ethiopia, seperti dilansir The New York Times pertengahan September lalu.

Dua kelompok etnis terbesar di Ethiopia, Oromo dan Amhara, membentuk lebih dari 60 persen populasi, sementara Tigrayan, yang terbesar ketiga, hanya 6 hingga 7 persen.

Namun T.P.L.F. menjadi kekuatan pemberontak paling kuat di negara itu, akhirnya memimpin aliansi yang menggulingkan pemerintah pada tahun 1991.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Straits Times


TERBARU