> >

Percobaan Mengejutkan Pegawai Facebook di India: Algoritma Tuntun Pengguna kepada Konten Menghasut

Kompas dunia | 24 Oktober 2021, 21:50 WIB
Pihak keluarga meratapi jenazah Muhammad Mudasir, pria India yang terbunuh dalam kekerasan komunal di New Delhi pada Februari 2020. Kekerasan komunal dan SARA di India tak jarang dikobarkan ujaran kebencian yang menyebar lewat Facebook. (Sumber: Manish Swarup/Associated Press)

NEW DELHI, KOMPAS.TV - Facebook tak tegas dalam memberantas konten misinformasi dan ujaran kebencian di India. Hal tersebut terungkap dalam bocoran dokumen internal yang didapatkan Associated Press.

Dokumen-dokumen ini berasal dari tim hukum pembocor (whistleblower) Facebook, Frances Haugen.

Salah satu berkas menunjukkan percobaan mandiri oleh seorang pegawai Facebook di India. 

Pegawai yang namanya disensor itu membuat akun baru dan hanya mengikuti halaman atau bergabung grup yang disarankan Facebook. Hasilnya, ia “terkejut” melihat kebencian setiap waktu.

Pegawai tersebut membuat akun dan memantaunya selama tiga pekan. Ia sengaja memilih periode menjelang pemilu ketika konten-konten misinformasi dikhawatirkan akan bermunculan.

Baca Juga: Bos Twitter Jack Dorsey Mengejek Ide Mark Zuckerberg Bikin Facebook Jadi Metaverse

Kebetulan, dalam periode itu, terjadi peristiwa kekerasan yang mengejutkan India, yakni serangan militan di Kashmir yang menewaskan 40 tentara. Peristiwa itu menyebabkan India hampir berperang dengan Pakistan.

Dalam berkas berjudul “Sebuah Tes Pengguna India yang Menyelami Lautan Pesan Nasionalistik dan Mempolarisasi”, pegawai itu mengaku menyaksikan konten misinformasi membanjiri lini masa (news feed).

Pegawai itu mendeskripsikan lini masanya, “hampir menjadi rentetan konstan konten-konten nasionalis yang mempolarisasi, misinformasi, serta kekerasan dan darah”.

Setelah peristiwa di Kashmir, grup-grup yang disarankan Facebook menayangkan konten-konten ujaran kebencian, rumor tak terverifikasi, hingga konten kekerasan yang viral.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU