> >

Meski Didesak Trudeau, Paus Fransiskus Tak Minta Maaf atas Temuan Jasad Anak-Anak Pribumi di Kanada

Kompas dunia | 7 Juni 2021, 03:45 WIB
Paus Fransiskus saat memberi sambutan dalam misa Minggu siang pada para jemaat yang berkumpul di Lapangan St. Peter di Vatikan, Minggu (6/6/2021). (Sumber: AP Photo/Domenico Stinellis)

VATIKAN, KOMPAS.TV - Paus Fransiskus mengekspresikan kepedihannya pada Minggu (6/6/2021) atas temuan tulang-belulang 215 murid-murid pribumi di sekolah asrama yang dikelola dan didanai Gereja Katolik di Kanada.

Paus mendesak pihak berwenang terkait untuk menyelidiki skandal menyedihkan ini. Namun, Sri Paus tak meminta maaf seperti yang diminta Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Dalam sambutannya pada para jemaat di Lapangan St. Peter di Vatikan, Paus Fransiskus menyatakan tentang pentingnya penyembuhan. Namun, dilansir dari Associated Press, Paus Fransiskus tak menyebutkan tentang desakan Trudeau dua hari sebelumnya bahwa Vatikan harus meminta maaf dan bertanggung jawab.

“Dengan hati pedih saya mengikuti berita yang datang dari Kanada tentang temuan yang menyedihkan sisa-sisa tulang-belulang 215 anak-anak,” ujar Paus Fransiskus dalam misa Minggu.

Baca Juga: Justin Trudeau Ingin Vatikan Minta Maaf atas Penemuan 215 Jasad Anak-Anak Suku Asli Kanada

“Saya bergabung dengan para uskup Kanada dan seluruh gereja Katolik di Kanada dalam mengungkapkan kedekatan saya pada warga Kanada yang trauma dengan berita mengejutkan itu,” kata Paus Fransiskus.

“Temuan menyedihkan ini menambah kesadaran akan kesedihan dan penderitaan di masa lalu,” imbuhnya.

Sejak abad ke-19 hingga tahun 1970an, lebih dari150.000 anak-anak pribumi di Kanada dipaksa bersekolah di sekolah Kristen negara, yang mayoritas dikelola oleh kongregasi misionaris Katolik, untuk mengasimilasi mereka dengan masyarakat Kanada.

215 jasad anak-anak suku asli ditemukan di bekas sekolah asrama yang didirikan lebih dari satu abad lalu di Sekolah Kamloops, negara bagian British Columbia, Kanada, seperti dilansir France24, Sabtu, (29/05/2021). (Sumber: Andrew Snucins/The Canadian Press via AP)

Pemerintah Kanada telah mengakui bahwa terjadi kekerasan fisik dan seksual di sekolah-sekolah itu, dan para murid pribumi dipukuli karena berbicara menggunakan bahasa ibu mereka.

Baca Juga: Jasad 215 Anak-anak Ditemukan di Sekolah Kuno Tempat Asimilasi Paksa Warga Suku Asli di Kanada

Bulan lalu, radar penembus tanah mengonfirmasi temuan tulang-belulang anak-anak di Sekolah Warga Indian Kamloops di Kamloops, British Columbia, Kanada. Sekolah itu merupakan sekolah terbesar yang dioperasikan oleh gereja Katolik di Kanada antara tahun 1890 dan 1969.

Pada Jumat (4/6/2021), Trudeau mengecam Gereja Katolik atas sikap diam mereka. Trudeau mendesak agar pihak Gereja Katolik meminta maaf secara resmi dan bertanggung jawab atas peran menonjol mereka dalam sistem sekolah asrama warga pribumi Kanada dahulu.

Perdana Menteri Justin Trudeau meminta Vatikan meminta maaf atas penemuan 215 jasad anak-anak suku asli di sekolah yang didanai gereja. (Sumber: Adrian Wyld/The Canadian Press via AP)

Namun, pada Minggu (6/6/2021), Paus Fransiskus sama sekali tak menyinggung soal permintaan maaf.

“Semoga otoritas politik dan agama tetap saling bekerja sama untuk menyelidiki kasus menyedihkan ini dan dengan rendah hati berkomitmen pada jalan rekonsiliasi dan penyembuhan,” tutur Paus Fransiskus.

“Saat-saat sulit ini merupakan seruan kuat untuk menjauhkan diri kita dari kolonialisme dan ideologi koloni, serta berjalan berdampingan dalam dialog, saling menghormati dan dalam mengakui hak-hak dan nilai budaya seluruh putra-putri Kanda,” paparnya.

Baca Juga: Pemerintah Kanada Kibarkan Bendera Setengah Tiang Hormati Korban Warga Indian

“Mari percayakan jiwa-jiwa anak-anak itu, mereka yang meninggal di sekolah-sekolah residensial Kanada, pada Tuhan,” kata sang Paus. “Mari kita berdoa bagi para keluarga dan komunitas pribumi Kanada untuk melalui kepedihan ini.”  

Gereja-gereja Serikat, Presbiterian dan Anglikan telah meminta maaf atas peran mereka dalam kekerasan itu. Pun pemerintah Kanada, yang pula menawarkan kompensasi.

Namun, di antara banyak rekomendasi dari Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk pemerintah, permintaan maaf dari pihak Kepausan masih dinanti.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU