> >

Mantan Presiden Maladewa Terluka dalam Ledakan yang Disebut Sebagai Aksi Terorisme

Kompas dunia | 8 Mei 2021, 00:12 WIB
Sejumlah personel polisi Maladewa tengah mengamankan lokasi ledakan yang melukai mantan Presiden Mohamed Nasheed di Male, Maladewa pada Kamis malam (6/5/2021). (Sumber: AP Photo/Mohamed Sharuhaan)

MALE, KOMPAS.TV – Kepolisian Maladewa menyatakan ledakan yang melukai mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed (53) dan empat orang lainnya, termasuk seorang warga negara Inggris, merupakan aksi terorisme.

Kepolisian Maladewa tengah berupaya mengidentifikasi empat tersangka. Sementara, kepolisian Australia menyatakan siap membantu penyelidikan tersebut.

Nasheed terluka dalam ledakan yang terjadi di luar kediamannya pada Kamis (6/5/2021) malam, saat masuk ke dalam mobilnya. Kini ia tengah dirawat di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Male dan menjalani sejumlah operasi untuk mengeluarkan pecahan peluru.

Baca Juga: Krisis Covid-19 di India, Sejumlah Bintang Bollywood ‘Melarikan Diri’ Berlibur ke Maladewa

Melansir The Associated Press pada Jumat (7/5/2021), Menteri Dalam Negeri Imran Abdulla menyatakan, luka yang dideritanya tidak mengancam nyawa.

Nasheed merupakan kritikus yang blak-blakan mengkritik ekstremisme agama di negara yang didominasi oleh muslim Sunni itu. Di Maladewa, dakwah dan pengamalan agama lain dilarang oleh hukum.

Mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed saat memberikan kuliah umum tentang perubahan iklim di New Delhi, India pada 14 Februari 2019. (Sumber: AP Photo/Manish Swarup, File)

Kepala Polisi Maladewa Mohamed Hameed menyatakan, ledakan tersebut merupakan aksi terorisme terhadap sang mantan presiden. Dua dari pengawal Nasheed dan dua orang lain yang berada di dekat lokasi kejadian, termasuk seorang warga negara Inggris, juga terluka.

Menurut Hameed, polisi belum mendeteksi adanya komponen militer dalam bahan peledak yang digunakan. Polisi masih mengidentifikasi empat tersangka potensial, namun sejauh ini belum melakukan penangkapan.

Baca Juga: Bintang Malam Di Pantai Maladewa

Belum ada pihak mana pun yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan itu. Sejumlah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan sebuah motor yang hancur akibat ledakan di lokasi kejadian.

Saat ini, Nasheed menjabat sebagai ketua Parlemen. Ia menjadi presiden pertama yang terpilih secara demokratis di negara kepulauan di Samudera Hindia itu, dan menjabat dari tahun 2008 hingga 2012.

Melalui pidato yang disiarkan televisi nasional, Presiden Ibrahim Mohamed Solih menyatakan bahwa para penyidik dari Polisi Federal Australia (AFP) akan tiba pada Sabtu (8/5/2021). Mereka akan membantu penyelidikan kasus ledakan tersebut.

Baca Juga: Rusia Sebut Serangan Udara di Suriah Dijatuhkan Sebelum "Kelompok Teroris" Guncang Kota Besar

Maladewa yang dikenal karena resor mewah di kepulauan yang menjadi tujuan wisata dunia itu telah mengalami sejumlah aksi serangan kekerasan. Pada tahun 2007, ledakan di sebuah taman melukai 12 turis asing.

Aksi kekerasan yang terjadi di Maladewa disebut-sebut akibat meningkatnya ekstremisme agama. Maladewa memiliki jumlah milisi terbanyak per kapita yang bergabung bersama ISIS dan berperang di Suriah dan Irak.

Pada Januari, pihak berwenang Maladewa mengumumkan sebanyak delapan orang yang ditangkap pada November tahun lalu terbukti telah merencanakan serangan terhadap sebuah sekolah dan tengah merakit bom dalam sebuah kapal di laut.

Polisi juga menyebut, para tersangka telah menjalani pelatihan militer di sejumlah pulau tak berpenghuni dan merekrut anak-anak.

Masih belum diketahui apakah ledakan yang melukai Nasheed terkait dengan kelompok tersebut.

Baca Juga: PBB Desak Sejumlah Negara Pulangkan Anak Militan ISIS yang Terlantar dari Kamp Suriah

Kepemimpinan Nasheed sebagai presiden telah mengakhiri pemerintahan otokratis yang berkuasa. Namun, masa jabatannya terpotong saat ia mengundurkan diri di tengah aksi protes.

Ia kalah dalam pemilihan presiden berikutnya dan didakwa melakukan aksi terorisme di bawah pendahulunya, karena telah menangkap seorang hakim tinggi saat menjadi presiden. Nasheed dihukum penjara selama 13 tahun.

Nasheed diizinkan pergi berobat ke Inggris dan menerima suaka pada tahun 2016. Rekan separtainya, Solih, menang dalam pemilu presiden pada tahun 2018, hingga Nasheed pun dapat pulang kembali.

Nasheed tetap menjadi seorang figur publik berpengaruh dan terpilih sebagai ketua Parlemen pada tahun 2019. Ia memperjuangkan upaya global melawan perubahan iklim, terutama pemanasan global yang mengakibatkan naiknya air laut dan mengancam keberadaan pulau-pulau dataran rendah negaranya.

Menteri Urusan Luar Negeri India, S Jaishankar, mencuitkan di Twitter bahwa ledakan tersebut merupakan serangan terhadap Nasheed.

“Semoga ia cepat pulih. Saya tahu ia tidak akan pernah terintimidasi,” tutur Jaishankar dalam cuitannya.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU