> >

138 Demonstran Tewas, Eks Parlemen Prodemokrasi Myanmar Khawatir Pecahnya Perang Saudara

Kompas dunia | 16 Maret 2021, 14:41 WIB
Protes anti-kudeta yang terjadi di Yangon, Myanmar pada Minggu (14/3/2021). Sedikitnya empat orang tewas dalam demonstrasi yang terjadi pada hari Minggu. (Sumber: Associated Press)

Baca Juga: PBB: Sedikitnya 138 Pengunjuk Rasa Tewas Dibunuh Aparat Keamanan Myanmar Sejak Kudeta

Sejak kudeta itu, sebenarnya demonstran ingin melakukan secara damai tanpa ada darah yang harus ditumpahkan.

Namun, karena tidak ada respon berarti, mereka kini mulai kehilangan harapan untuk mendapat bantuan dari dunia.

Dalam pandangan Dr Sasa, pengunjuk rasa sudah muak karena mereka terus ditembaki dan banyak rekan mereka yang gugur.

"Jadi saya pikir masuk akal jika kita biarkan situasi ini terus berlanjut, warga akan mempersenjatai diri mereka," dia memaparkan.

Baca Juga: Minggu Berdarah! Jumlah Warga Tewas di Myanmar Lebih dari 30 Orang Dalam Satu Hari

Selain 138 demonstran tewas menurut catatan PBB, 2.156 ditahan dan diadili menurut kelompok AAPP Burma.

Para keluarga demonstran yang ditangkap mengungkapkan, bahwa mereka tidak bisa menghubungi korban dan tak tahu kondisinya sekarang.

Sejak merdeka dari Inggris pada 1948, militer Myanmar memang merupakan institusi terkuat di negara tersebut.

Teranyar, laporan Amnesty International menemukan bahwa Tatmadaw mempersenjatai personelnya layaknya sedang berperang.

Baca Juga: Amnesty International Ungkap Video Kekejaman Militer Myanmar Terhadap Demonstran Antikudeta

Senjata itu di antaranya senapan mesin ringan, senapan penembak runduk (sniper), senapan semi-otomatis MA-1, senapan submesin BA-93 dan BA-94.

Dr Sasa juga meyakini, jika benar perang saudara pecah, banyak tentara yang akan membelot dan bergabung dengan rakyat.

Dia menjelaskan bahawa para serdadu itu merasa sudah dipermalukan karena mendapat perintah untuk membunuh pendemo.

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU