> >

Nano dan Teater Koma, Perjalanan Panjang Tak Mengenal Titik

Seni budaya | 20 Januari 2023, 11:53 WIB
Pementasan Sampek Engtay Teater Koma (Sumber: Laman Teater Koma -)

Meski begitu, Teater Koma menolak koma. Seperti dilihat dari situs resminya, regenerasi teater sudah tentu harus menyentuh berbagai bidang. Bukan hanya wilayah keaktoran saja yang perlu digarap. Teater membutuhkan penonton, dramaturg, sutradara, kritikus, pemikir, penulis, pekerja panggung, manajemen pengelolaan, penyandang dana dan wadah pementasan. 

Semua unsur itu seharusnya merupakan kekuatan-kekuatan yang menyatu dan sinergis. Satu hal yang juga tak kurang pentingnya, adalah, teater membutuhkan ruang gerak yang sepadan tanpa kecurigaan. Hal itu penting bagi pengembangan imajinasi kreatif dan kemungkinan lahirnya berbagai inovasi.

Baca Juga: Sambut HUT RI, KJRI Perth Boyong Gatot Kaca dan Pertunjukan Seni Indonesia

Sautu ketika Nano diwawancara soal nama Teater Koma, "Kita sepakat memberi nama Teater Koma saat itu bukan teater titik, sebab kami tidak akan berhenti berkarya meskipun usia dan profesi berbeda tapi kami tetap berhimpun,” ungkapnya di Jakarta, pada 2016 silam.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU