> >

Kemenhub Gandeng Konsultan Asing untuk Telusuri Masalah pada Roda LRT Jabodebek

Ekonomi dan bisnis | 19 November 2023, 06:30 WIB
Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan menggandeng Systra, konsultan internasional untuk menelusuri kendala pada bagian roda yang dialami oleh LRT Jabodebek. (Sumber: kai.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan menggandeng Systra, konsultan internasional untuk menelusuri kendala pada bagian roda yang dialami oleh LRT Jabodebek. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pemulihan pelayanan yang sempat terganggu.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Risal Wasal mengatakan, keterlibatan Systra diharapkan mampu memberikan masukan yang komprehensif untuk mengatasi masalah pada roda LRT Jabodebek. 

"Kami ingin fokus kepada solusi untuk mengatasi kendala yang terjadi sehingga pemenuhan headway 7,5 menit dapat segera terwujud," kata Risal dalam keterangan resminya di Jakarta, pada Sabtu (18/11/2023). 

Terkait upaya penanganan yang dilakukan, Risal menyebut bahwa saat ini proses pembubutan roda masih berlangsung dan diharapkan dapat segera tuntas. LRT Jabodebek juga telah melakukan pengadaan mesin bubut tambahan sehingga dapat mempercepat proses perbaikan roda.

Baca Juga: Damri Buka Rute Stasiun Kereta Cepat Halim-Bandara Soetta, Ini Cara Beli Tiketnya

Ia menjelaskan, penanganan yang telah dilakukan selain melakukan pembubutan roda adalah dengan memperhalus profil permukaan dan memberi cairan lubricant pada rel LRT Jabodebek.

 “Alhamdulillah pasca-dilakukan grinding dan pelumasan ini, sudah tidak ditemukan aus pada roda sehingga trainset (TS) yang beroperasi saat ini dalam kondisi aman dan tidak perlu dilakukan penggantian," ujarnya. 

Adapun terkait dengan kondisi aus pada roda LRT Jabodebek, Risal menyebut bahwa kasus serupa pernah terjadi di negara lain dan dilakukan penanganan serupa.

“Dulu sempat kasus seperti ini terjadi di Athena dan Kolombia, serta selesai begitu dilakukan grinding dan pelumasan, jadi kami pastikan saat ini LRT Jabodebek sudah dalam kondisi aman,” tuturnya. 

Baca Juga: Mulai Hari Ini, 4 Cara Pesan Tiket Kapal Ferry untuk Libur Nataru, Bisa Lewat Aplikasi...

Selain itu, Risal juga mengungkapkan apresiasi kepada para pengguna LRT Jabodebek yang masih terus mendukung shifting atau pergeseran dari kendaraan pribadi kepada angkutan umum. 

“DJKA akan terus mengupayakan penambahan TS untuk mengakomodasi demand penumpang sehingga masyarakat dapat terlayani dengan lebih baik dan lebih cepat,” tandasnya. 

Sebelumnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengusulkan agar tarif LRT Jabodebek dikembalikan ke tarif promo selama hanya mengoperasikan 8 rangkaian kereta (trainset). 

Saat ini sebenarnya LRT Jabodebek masih menerapkan tarif promo dengan minimal Rp3.000 dan maksimal Rp10.000 yang berlaku setiap Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. 

Baca Juga: Belanja di Indomaret Kini Bisa Bayar Pakai QRIS BRImo, Begini Caranya

Sementara pada Senin-Jumat tarif yang berlaku minimal Rp3.000 dan tarif maksimal Rp20.000 seperti yang berlaku saat ini.

Namun, tarif promo yang dimaksud Tulus ialah tarif promo saat sebulan pertama LRT Jabodebek dioperasikan, yaitu sebesar Rp5.000 flat atau tarif promo yang saat ini diterapkan saat akhir pekan.

"Kembali ke tarif promosi dulu mau Rp5.000 atau Rp10.000 untuk membangun loyalitas pengguna sampai headway-nya kembali normal," kata Tulus kepada wartawan di Jakarta pada Kamis (16/11). 

Ia menilai, dengan hanya mengoperasikan 8 trainset, maka otomatis layanan yang diberikan tidak optimal. Hal ini terlihat dari jarak kedatangan antar kereta (headway) LRT Jabodebek yang mencapai 1 jam lamanya.

Baca Juga: Cara Batalkan dan Reschedule Tiket Kereta di Loket Box Stasiun

"Mana ada itu angkutan massal yang headway-nya satu jam. Itu kan enggak lucu, 15 menit saja enggak lucu, ini kok 1 jam," ucap Tulus seperti dikutip dari Kompas.com.

Seperti diketahui, sejak 18 Oktober lalu belasan armada LRT Jabodebek perlu menjalani perawatan bubut roda lantaran roda kereta mengalami keausan. 

Hal ini mengakibatkan frekuensi perjalanan harus dipangkas dan headway menjadi jauh lebih lama dari semula. 

Padahal LRT Jabodebek baru diresmikan pada 28 Agustus 2023. Seharusnya pada masa-masa awal beroperasi ini, LRT bisa meningkatkan minat masyarakat untuk menjajal moda transportasi tanpa awak ini. 

"Nah, ini harus dievaluasi terkait LRT menyangkut soal keandalan produknya dan juga mau enggak mau kalau memang headway-nya tidak terpenuhi, itu sangat merugikan konsumen dan juga LRT sendiri," tutur Tulus. 

 

 

Penulis : Dina Karina Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas.tv, Kompas.com


TERBARU