> >

Mayoritas Orang Indonesia Tak Bisa Beli Makanan Bergizi, Harga Pangan Termahal se-Asia Tenggara

Ekonomi dan bisnis | 9 Desember 2022, 15:52 WIB
Penjual daging di pasar Lambaro, Aceh Besar, Jumat (8/7/2022). Harian Kompas menyebut 68 persen atau 183,7 juta orang Indonesia yang tidak mampu memenuhi biaya untuk membeli makan bergizi seimbang. (Sumber: ANTARA/Nurul Hasanah)

Baca Juga: Harga Telur Ayam di Jakarta Capai Rp34.000 per Kg, di Papua Tembus Rp40.000 per Kg

"Dengan memperhitungkan faktor paritas daya beli (purchasing power parity/PPP), harga pangan bergizi di Indonesia mencapai angka 4,47 dollar AS sekitar Rp 69.000 perhari. Ini lebih tinggi ketimbang antara lain: Thailand (4,3 dollar AS); Filipina (4,1 dollar AS); Vietnam (4 dollar AS) dan Malaysia (3,5 dollar AS)," tulis Harian Kompas dalam laporannya.

Harga makanan jadi lebih mahal lagi untuk masyarakat yang ada di wilayah Indonesia bagian timur. Dengan membandingkan harga komoditas pangan yang dicatat BPS tahun 2021, biaya tertinggi ditemukan di Maluku Utara yang mencapai Rp 26.050 per hari atau Rp 3.924 lebih tinggi ketimbang rata-rata nasional sebesar Rp 22.126.

Kemudian, dengan mengombinasikan data pengeluaran penduduk dari BPS, ada 80 persen jumlah penduduk Maluku Utara yang tidak mampu membeli pangan bergizi. Angka itu merupakan yang tertinggi kedua  di seluruh Indonesia.

Di mana posisi pertama adalah Nusa Tenggara Timur, dengan 86 persen atau 4,8 dari 5,5 juta penduduknya tak mampu beli makanan bergizi. Biaya pangan bergizi di NTT juga di atas rata-rata nasional, dengan angka Rp 23.126 per hari, karena mahalnya harga makanan.

Baca Juga: Terbaru! Daftar 50 Orang Terkaya di RI, Total Kekayaannya Capai Rp2.790 T

Menurut Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Ayip Said Abdullah, disparitas harga yang besar antara Jawa dan luar Jawa diakibatkan karena sistem distribusi rantai pasok yang belum mapan.

Rantai pasok yang tertata dengan baik akan dapat mengurangi dampak produksi pangan Indonesia yang tidak merata di seluruh wilayah dan mengakibatkan harga berfluktuasi. Akses masyarakat terhadap komoditas pangan tertentu pun menjadi tidak terbatas.

"Apakah kita punya peta jalan rantai pasok pangan nasional? Tanpa itu, kami agak menyangsikan kondisi ini bakal berubah," kata Said.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas.id


TERBARU