> >

Sejarah KA Argo Parahyangan: Beroperasi Sejak 1971, Mau "Disuntik Mati" demi Kereta Cepat

Ekonomi dan bisnis | 6 Desember 2022, 11:03 WIB
KA Argo Parahyangan mulai beroperasi melayani relasi Jakarta-Bandung sejak tahun 1971 saat masih bernama KA Parahyangan. (Sumber: Kompas.com )

Baca Juga: Debat Panas Said Didu Vs Stafsus Erick Thohir soal Argo Parahyangan Mau Dihapus demi Kereta Cepat

KA Argo Parahyangan pertama kali dioperasikan pada Selasa, 27 April 2010 pada pukul 05.30 di Stasiun Bandung dan pukul 05.45 di Stasiun Gambir.

Kereta api Argo Parahyangan merupakan hasil respons KAI atas kekecewaan masyarakat karena diberhentikannya pengoperasian kereta api Parahyangan. Sehingga KAI menggabungkan kereta api Parahyangan bersama rangkaian kereta api Argo Gede. KAI juga menggabungkan nama Argo Gede dan Parahyangan menjadi Argo Parahyangan.

"Jadi rangkaian bekas kereta api Parahyangan disambungkan di kereta depan kereta api Argo Gede. Tetapi masyarakat tidak mau nama Parahyangan itu ditiadakan," demikian tertulis dalam laman resmi komunitas pencinta kereta itu.

Perjalanan Jakarta-Bandung sepanjang ±166 km menelusuri alam pegunungan Priangan Bagian Barat ditempuh kereta api ini dengan waktu tempuh rata-rata 3 jam sampai 3 jam 15 menit.

Baca Juga: Wacana "Suntik Mati" KA Argo Parahyangan demi Kereta Cepat, tapi Penumpang Tetap Turun di Padalarang

Rangkaian Kereta Api Argo Parahyangan terdiri dari 1-3 kereta kelas bisnis bekas kereta api Parahyangan (K2), 1 Kereta Makan bekas kereta api Argo Gede (KM1), 3-4 kereta kelas eksekutif argo bekas kereta api Argo Gede (K1), dan 1 Kereta Bagasi Pembangkit (BP) bekas kereta api Argo Gede.

Untuk KA Argo Parahyangan full eksekutif, KA menggunakan 4-5 K1, 1 KM, dan 1 BP. Mengingat permintaan kelas eksekutif lebih tinggi dari kelas bisnis, sejak tanggal 30 Desember 2011 K2-nya dihilangkan sehingga kereta api Argo Parahyangan menjadi kereta api eksekutif seluruhnya (meskipun di beberapa perjalanannya masih ditambah K2).

Jumlah perjalanan KA Argo Parahyangan semakin meningkat mengingat okupansi yang bagus, dan juga karena jalan tol yang macet membuat masyarakat beralih ke kereta api.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU