> >

2023 Diprediksi Resesi, KFC Hingga Matahari Tetap Yakin Tambah Puluhan Gerai di Indonesia

Ekonomi dan bisnis | 24 Oktober 2022, 08:02 WIB
KFC akan menambah puluhan gerai di 2023. (Sumber: Kontan.co.id/Baihaki)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Banyak pihak yang meramalkan dunia akan dilanda resesi pada 2023. Namun, perusahaan di bidang makanan-minuman dan ritel tetap optimistis dengan menambah gerai di tahun depan.

Seperti PT Fast Food Indonesia (FAST), pengelola gerai restoran ayam goreng cepat saji KFC Indonesia. Perusahaan yang didirikan Dick Gelael itu berencana menambah 25 gerai baru KFC di tahun 2022. Sementara di tahun 2023,  FAST kemungkinan akan menambah 30 sampai 40 gerai baru KFC di Indonesia.

CEO Fast Food Indonesia Eric Leong menyampaikan, sampai saat ini KFC Indonesia sudah memiliki 729 gerai di 34 provinsi Indonesia. Sebagian besar gerai KFC Indonesia menyatu dengan mal atau pusat perbelanjaan yakni sebanyak 221 gerai.

Kemudian, terdapat 212 gerai KFC yang berada di ruko dan 158 gerai yang beroperasi dalam bangunan mandiri atau standalone. Eric mengaku, gerai KFC standalone sejauh ini mendatangkan keuntungan terbesar bagi FAST.

Baca Juga: Tips Hadapi Resesi Ekonomi 2023, Mulai dari Simpan Uang Tunai hingga Lunasi Utang Konsumtif

“Karena waktu operasionalnya lebih lama, jadi kami bisa menggaet lebih banyak konsumen untuk makan di KFC,” kata Eric seperti dikutip dari Kontan.co.id, Senin (24/10/2022).

Ia menjelaskan, ada banyak hal yang jadi pertimbangan FAST ketika menentukan lokasi pembangunan gerai baru. Mulai dari kondisi permintaan, daya beli masyarakat, hingga akses logistik.

Kebutuhan investasi untuk membangun gerai baru KFC juga beragam. Jika hendak mendirikan gerai satu lantai, FAST membutuhkan dana investasi sekitar Rp 6 miliar sampai Rp 12 miliar. Sedangkan jika mau mendirikan gerai dua lantai, maka investasi yang digelontorkan bisa mencapai Rp 14 miliar. Biaya-biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh harga tanah setempat, desain, dan material bangunan.

“Investasi tersebut bisa langsung dari kami atau bisa juga melalui kolaborasi kemitraan,” ujar Eric.

Penambahan gerai juga akan dilakukan PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), yang memiliki 6 brand yaitu Ranch Market, The Gourmet, Pasarina, Farmers Market, Farmers Family dan Day2Day.

Baca Juga: Begini Dampak Resesi Dunia ke RI: Tak Masuk Jurang Resesi tapi Pemasukan Negara Turun

Perusahaan yang baru saja diakuisisi Grup Djarum itu tetap berekspansi di 2023, meski ada pelemahan rupiah yang menaikkan harga barang-barang impor dan adanya ancaman resesi ekonomi.

Chief Merchandising & Marketing Officer Maria Suwarni mengatakan,  RANC sebagai perusahaan yang sudah go publik, berkewajiban melakukan pengembangan bisnis, yaitu dengan pembukaan gerai.

"Tiap tahun kami menargetkan pembukaan 4 sampai 5 toko," ucap Maria kepada Kontan.

Sampai saat ini, RANC telah memiliki 70 toko di 15 kota di Indonesia. Terdiri dari 18 Ranch Market, 34 Farmers Market, 2 The Gourmet by Ranch Market, 3 Day2Day by Farmers Market dan 11  Farmers Family by Farmers Market.
Tahun ini RANC akan menambah 4 gerai baru, dimana 3 diantaranya sudah dibuka di Malang.

"Kita baru-baru ini buka 3 gerai di Malang, prospeknya bagus ya. Ke depannya kita tetap akan buka gerai baru di beberapa lokasi, tetapi memang membuka gerai ini tidak semudah itu, terkadang ada kendala dari pihak malnya sehingga kita harus undur lagi pembukaannya," tuturnya.

Baca Juga: Beda dari Resesi Ekonomi, RI Pernah Alami Krisis Ekonomi Parah pada 1998

Perseroan telah menganggarkan dana sebesar Rp 42 miliar untuk merealisasikan pembukaan 4 gerai tersebut yang diambil dari total dana belanja modal tahun 2022. Anggaran dana belanja modal RANC tahun ini sebesar Rp 132 miliar.

Tak mau ketinggalan, peritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), akan menambah 12-15 gerai Matahari baru pada 2023 dan telah meningkatkan peluang perluasan gerai serta menciptakan lapangan kerja.

CEO Matahari Terry O’Connor mengatakan, jumlah total gerai akan bertambah dari 148 menjadi 160 atau lebih pada akhir 2023.

Ia menjelaskan, Matahari hadir dengan konsep baru, dalam format gerai yang lebih kecil dengan produktivitas yang lebih tinggi dan menggunakan pencahayaan LED 100 persen.

September lalu, Matahari baru menambah gerai si Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Dunia Bakal Resesi di 2023, Ini Pilihan Investasi yang Tahan Krisis Ekonomi

"Selanjutnya perseroan akan membuka gerai baru lainnya masing-masing di Bondowoso pada Oktober, Kendari dan Bontang pada November, dan di Jakarta pada Desember, serta memiliki visibilitas pada ekspansi total 10 gerai baru selama 2022," ungkap Terry dalam keterangan tertulisnya.

Sebenarnya apa yang membuat perusahaan-perusahaan itu tetap yakin masyarakat akan berbelanja di tahun yang diramal bakal lebih sulit dari tahun ini?

Co founder dan Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah menilai, konsumsi masyarakat di Indonesia memang sangat kuat. Sehingga menjadi motor utama penggerak ekonomi selama ini.

Ia juga memprediksi masyarakat Indonesia akan tetap melakukan konsumsi dan berbelanja seperti biasa di tahun ini dan tahun depan.

"Biasa saja, konsumsi seperti biasa. Kalau masyarakat berpikir jangan belanja, pegang uang tunai saja, kalau kita tidak bergerak, nanti kejadian resesi beneran," kata Piter saat diwawancara Kompas TV, Jumat (7/10/2022).

Baca Juga: IMF Sebut Negara-negara Ini Akan Masuk Resesi yang Dalam, Penyebabnya Embargo Gas Rusia

Piter menjelaskan, Indonesia bisa tidak terdampak resesi global karena ekonominya tidak ditopang oleh ekspor, tapi oleh konsumsi masyarakat di dalam negeri. Kontribusi ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya sekitar 10 persen. Sedangkan konsumsi mencapai 60 persen dan investasi sebesar 20 persen.

Sehingga jika ada resesi dunia yang menyebabkan permintaan ekspor melemah, tidak akan terlalu mempengaruhi ekonomi RI. Menurut Piter, Indonesia saat ini justru sedang dalam masa euforia setelah pandemi mereda.

"Lihat saja banyak yang mulai belanja, mulai kembali ke mall, konsumsi kita naik," ujat Piter.

Ia kemudian menyebut Indeks keyakinan konsumen terbaru yang skornya berada di atas 100 dan indeks manufaktur (PMI) yang skornya berada di atas 50. Dua indeks itu bisa dibilang sebagai indikator geliat ekonomi Indonesia.

"Skornya semua naik. Artinya mobilitas masyarakat mulai pulih karena tidak ada ketakutan akan pandemi lagi," ucapnya.

Bank Indonesia memang mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2022 masih berada di angka 117,1. Sebagai informasi, jika IKK ada di atas 100, berarti konsumen berada pada zona optimistis.

Baca Juga: Selain Sri Lanka dan Inggris, Ini Daftar Belasan Negara yang Alami Krisis Ekonomi

Namun, IKK September itu turun  dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 124,7. Hal itu dipertegas dengan jatuhnya tingkat konsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kelas menengah dengan tingkat pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta per bulan.

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) meyakini, jika turunnya IKK ini hanya bersifat sementara, paling tidak 1-2 bulan saja. Lantaran dampak dari naiknya harga BBM.

“Dampak ini lebih dirasakan saat ini dikarenakan industri usaha ritel juga sedang berada dalam low season [musim sepi kunjungan] sebagaimana biasanya yang terjadi juga sebelum pandemi,” kata Ketua APPBI Alphonzus Widjaja kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Dia memperkirakan dampak ini akan terjadi sampai dengan 1 - 2 bulan ke depan dan akan mulai berangsur pulih kembali setelahnya. Menurut Alphonzus, gairah masyarakat untuk berbelanja akan kembali menjelang libur panjang Natal dan tahun baru.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Antara


TERBARU