> >

Krisis Energi Landa Sejumlah Negara, Indonesia Mau Cari Peluang Tarik Investor

Ekonomi dan bisnis | 28 Oktober 2021, 16:21 WIB
Ketua Satgas Percepatan Investasi sekaligus Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Sumber: Instagram @bahlillahadalia)

JAKARTA, KOMPAS.TV –  Pemerintah menyasar peluang investasi dari krisis energi global yang saat ini sedang dialami sejumlah negara maju.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, dinamika global, seperti krisis energi yang kini menerpa beberapa negara, misalnya China, Eropa, dan India, bisa dimanfaatkan untuk menarik investasi ke dalam negeri dan mengejar target investasi tahun ini.

Ketika biaya listrik di negara-negara tersebut naik akibat krisis energi, biaya produksi ikut naik, demikian juga harga jual produk. Hal itu mengurangi efisiensi dan menurunkan daya saing produk akibat harga yang lebih mahal.

Sedangkan, Bahlil menyebutkan, Indonesia justru memiliki suplai energi yang berlebih. Berdasarkan laporan PT PLN (Persero) misalnya, wilayah Jawa-Bali saat ini punya pasokan energi berlebih sampai 2.500 megawatt (MW).

”Ini kesempatan kita meminta perusahaan-perusahaan di negara lain itu untuk merelokasi usahanya ke Indonesia agar biaya produksi mereka bisa rendah dan produknya lebih kompetitif,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (27/10/2021) lalu.

Menurut Bahlil, meski pertumbuhan ekonomi China biasanya berdampak ke Indonesia, kondisi perekonomian China yang sedang menurun tidak akan terlalu berpengaruh pada kelangsungan investasi perusahaan asal China di Indonesia.

Investasi China yang sudah masuk ke Indonesia rata-rata sudah mulai melakukan pekerjaan konstruksi hingga 20-30 persen. Selain itu, sejumlah perusahaan China juga sudah melakukan ekspansi di Indonesia.

Baca Juga: Sejumlah Negara Krisis Energi, Apakah Tarif Listrik dalam Negeri Ikut Naik?

”Andaikan kondisi China berpengaruh pada investasi langsung di kita, tugas pemerintah adalah mencari negara-negara lain untuk melakukan subsidi silang,” ujarnya.

Kementerian Investasi mencatat, negara yang berinvestasi di Indonesia lebih beragam. Per triwulan III-2021, lima besar investor berasal dari Singapura (36,2 persen), Hongkong (12 persen), Jepang (10,1 persen), China (8,4 persen), dan Amerika Serikat (7,2 persen).

Sebelumnya, Jepang tidak masuk dalam tiga besar dan Amerika Serikat tidak masuk dalam kelompok lima besar.

Target investasi

Dari situ, Bahlil meyakini, target investasi Rp 900 triliun yang dipatok Presiden Joko Widodo tahun ini bisa tercapai.

Ia menyebutkan pula, masih ada sejumlah rencana investasi yang akan dieksekusi pada triwulan IV-2021 untuk mengejar sisa target investasi sebesar Rp 240,6 triliun itu.

”Ini bukan pekerjaan gampang, butuh kerja keras. Namun, saya meyakinkan target itu akan tercapai. Ini kalkulasi dari hasil mapping kami terhadap beberapa calon investor yang akan masuk pada triwulan IV (2021) dengan peluang yang ada,” kata Bahlil.

Salah satu fokus investasi yang disasar ada di sektor kendaraan listrik. Baru-baru ini, perusahaan asal Taiwan, Foxconn, menyatakan komitmen untuk menanamkan modal di industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.

Diketahui, realisasi investasi di Indonesia sampai September 2021 mencapai 73,3 persen atau mencapai Rp 659,4 triliun dari target Rp 900 triliun pada tahun ini.

Kementerian Investasi mencatat, pada triwulan III-2021, realisasi investasi mencapai Rp 216,7 triliun. Angka itu turun 2,8 persen dibandingkan dengan triwulan II-2021 kendati masih tumbuh 3,7 persen secara tahunan ketimbang triwulan III-2020.

Penurunan itu disinyalir akibat pandemi yang sempat memburuk pada Juli-Agustus 2021.

Baca Juga: Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Dibangun, Menteri Investasi Jamin Pekerja Indonesia Diprioritaskan

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Kompas.id


TERBARU