Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Sejumlah Negara Krisis Energi, Apakah Tarif Listrik dalam Negeri Ikut Naik?

Kompas.tv - 22 Oktober 2021, 12:34 WIB
sejumlah-negara-krisis-energi-apakah-tarif-listrik-dalam-negeri-ikut-naik
Ilustrasi kapal pengangkut gas alam cair atau LNG. Harga LNG yang naik tajam membuat krisis energi di sejumlah negara, lantaran LNG digunakan untuk pembangkit listrik (19/10/2021). (Sumber: Bloomberg )
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan pasokan listrik maupun kapasitas terpasang pembangkit listrik lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai akhir tahun. Sebab, sejumlah negara mengalami krisis energi sementara batu bara sebagai sumber kelistrikan Indonesia masih memadai. 

Namun, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana memastikan tarif listrik tidak akan naik sampai akhir tahun 2021 ini. Untuk itu, pemerintah masih akan terus memantau harga batubara.

Selain itu, Kementerian ESDM akan terus-menerus memantau rantai pasok energi batubara serta gas, mengingat harga komoditas ini masih dalam tren naik.

“Yang sekarang kami pelototin day by day adalah jaminan supply chain-nya, terutama batubara karena komoditas batubara dan LNG naik, beberapa negara bahkan mengalami krisis energi,” kata Rida dalam konferensi pers yang digelar virtual, Kamis (21/10/2021).

Indonesia, menurutnya, patut bersyukur lantaran memiliki batubara dan gas yang melimpah. Di samping itu, pemanfaatannya juga diregulasi dengan ketentuan kewajiban pemenuhan domestik alias domestic market obligation (DMO), baik dari segi volume maupun harga

“Sekarang kan harga batubara sudah di atas 200 dolar AS per ton, sementara PLN  aja beli dengan harga tetap 70 dolar AS per ton. Itu artinya negara hadir,” kata Rida.

Baca Juga: Singapura Krisis Energi, Perusahaan Swasta Pemasok Listrik Nyerah Hentikan Bisnisnya

Di sisi lain, Rida menyebut, faktor cuaca, yakni angin muson barat yang membawa musim hujan dan menjadi tantangan tersendiri bagi ketersediaan energi lantaran bisa memengaruhi kegiatan produksi batubara di tambang.

“Meski begitu, Menteri ESDM Arifin Tasrif telah meminta direktorat-direktorat jenderal yang ada di dalam Kementerian ESDM, termasuk ketenagalistrikan untuk membentuk tim khusus untuk mengawal keandalan rantai pasok energi,” ujarnya.

Tak hanya itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk memantau kelangsungan pengangkutan batubara oleh kapal tongkang  ke pembangkit.

Dari catatan Kementerian ESDM batubara berkontribusi sebanyak 65,64 persen dalam bauran energi nasional per September 2021 ini.

Porsi bauran sisanya terdiri dari gas sebanyak 17,90 persen, BBM (termasuk BBN) 3,76 persen, panas bumi 5,61 persen, air 6,67 persen, biomassa 0,20 persen, dan EBT lain 0,22 persen.

Baca Juga: Eropa-China Krisis Energi, Jokowi: Indonesia Diuntungkan karena Harga Komoditas Naik

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x