> >

Wow! Percetakan Raup Untung dari Tren Cetak Sertifikat Vaksin, Capai Rp 5 Juta Perhari

Ekonomi dan bisnis | 5 Agustus 2021, 10:35 WIB
ilustrasi kartu vaksin covid-19 (Sumber: Kompastv/Ant)

Percetakan Eru menjamin kerahasiaan data pemilik sertifikat vaksin. Karena sertifikat yang sudah dicetak tidak disimpan dan langsung dihapus saat itu juga. "Untuk kerahasiaan data, langsung dihapus setelah di-print, selain itu kalau disimpan juga nanti lemot komputernya kalau banyak file yang tersimpan," katanya.

Baca Juga: Calon Penumpang Perjalanan Kereta Jarak Jauh Wajib Tunjukan Sertifikat Vaksin Covid-19

Melihat banyak yang mencetak serifikat vaksin, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Triatno Supiono meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati. 

Kata dia, pada dasarnya cetak kartu vaksin diperbolehkan jika untuk memudahkan keperluan pribadi. Hanya saja perlu diwaspadai jika proses percetakan dilakukan pada pihak ketiga.

"Kalau untuk kepentingan pribadi, untuk mempermudah, kemudian dicetak atau dilaminating supaya gampang dipergunakan, saya rasa tidak masalah," kata Triatno.

Namun Triatno menyarankan cetak sertifikat vaksin jadi kartu dilakukan sendiri. Mencetak sendiri di rumah. Lebih aman dibandingkan dengan mencetak pada pihak ketiga.

Keamanan yang dimaksud Triatno adalah kamanan soal data diri dan semacamnya. Namun, jika terpaksa mencetak pada pihak ketiga, masyarakat perlu waspada dan mengingatkan pengusaha percetakan untuk menjaga kerahasiaan data miliknya.

Sertifikat vaksin, kata dia, merupakan data pribadi dan hanya boleh digunakan oleh pemilik sesuai nomor induk kependudukan (NIK).

Dari itu, Triatno meminta pengusaha percetakan diminta tak bocorkan data dan kerahasiaan pemilik sertifikat. "Jangan sampai data (pribadi) bocor ke orang lain dan disalahgunakan," pintanya.

Sertifikat vaksin tidak boleh tersebar dan disalahgunakan.

Adapun alasan beberapa orang mencetak vaksin adalah agar kartunya mudah dibawa kemana-mana.

Mastur Huda (39), salah satu warga yang mencetak sertifikat vaksinz mengaku mencetak sertifikat tersebut untuk keperluan perjalanan karena dirinya hendak ke Lampung naik kapal laut.

Kendati sertifikat vaksin bisa diakses secara online di ponselnya, Mastur memilih untuk mencetak jadi kartu fisik. "Memang bisa online, tapi jaga-jaga, khawatir handphonenya tidak ada sinyal atau bahkan mati saat pemeriksaan kan repot juga nanti," jelasnya.

Penulis : Hedi Basri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU