> >

Ini Alasan Pemerintah Ngotot Impor Beras 1 Juta Ton

Ekonomi dan bisnis | 17 Maret 2021, 15:16 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Dirut Bulog Budi Waseso di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (18/3/2020). (Sumber: Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kemenko Perekonomian buka suara terkait kisruh rencana impor beras. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud menyatakan, impor beras perlu untuk menjaga ketersediaan pangan sepanjang 2021. Sehingga, tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik.

Musdhalifah membenarkan pernyataan Kementerian Pertanian terkait surplus beras. Namun, surplus beras tidak merata di semua daerah.

”Surplus memang ada. Namun, surplus hanya berada di 6-7 provinsi (sentra produksi) dan ada yang defisit. Belum lagi wilayah di pulau-pulau," kata Musdhalifah seperti dikutip dari Harian Kompas, lewat Kompas.com, (17/03/2021).

Baca Juga: Menteri Perdagangan Mau Impor Jutaan Ton Beras, Kementan Bilang Stok Cukup

"Oleh karena itu, Bulog mesti (memiliki persediaan) cukup agar dapat menyalurkan ke daerah- daerah tersebut,” lanjutnya.

Musdhalifah menegaskan, angka 1 juta ton yang disebut akan diimpor adalah alokasi impor. Dan pemerintah menjamin beras impor tidak akan dikeluarkan saat panen raya.

"Alokasi itu penting untuk menjaga stok Bulog sebesar 1,5 juta ton di akhir 2021," ujar Musdhalifah.

Meski ada jaminan beras impor tidak akan bocor ke pasaran saat musim panen, para petani khawatir harga gabah kian anjlok akibat ulah spekulan. Lantaran mereka tahu ada stok berlimpah di gudang Bulog.

Baca Juga: Khawatir Harga Gabah Rendah, Petani di Rembang Tolak Impor Beras

Ketua Kelompok Tani Sarwo Dadi Desa Baleraksa, Karangmoncol, Purbalingga, Fajar menyatakan, tanpa adanya beras impor pun harga gabah sudah turun saat ini karena panen raya.

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU