> >

Ekonom Angkat Bicara Soal Meroketnya Harga Tanaman Janda Bolong

Ekonomi dan bisnis | 28 September 2020, 07:00 WIB
Tanaman Monstera atau Janda Bolong yang saat ini tengah booming dan harganya meroket. (Sumber: Instagram.com/@kebunhimawari)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Harga beberapa jenis tanaman hias merangkak naik antara tiga hingga 10 kali lipat semenjak pandemi Covid-19.

Wabah yang berjangkit di Indonesia sejak Maret 2020 ini membuat sebagian orang mengisi waktu di rumah dengan berkebun.

Salah satu jenis tanaman yang saat ini tengah menjadi tren dan dibanderol harga tinggi adalah tanaman daun jenis monstera.

Ekonom dari Institute Development of Economics and Financial (Indef), Bhima Yudhistira menyebut fenomena semacam ini disebut sebagai gelembung ekonomi.

"Teorinya adalah gelembung ekonomi (bubble economy) di mana harga aset menyimpang jauh dari nilai intrisiknya," ujar Bhima saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/9/2020). 

Bhima menjelaskan, dalam sejarahnya fenomena ini pertama kali tercatat pada 1637. Saat itu, bunga tulip dihargai 3.000-4.200 Gulden di Eropa. 

"Kemudian Charles Mackay, menulis buku terkenal Extraordinary Popular Delusions and the Madness of Crowds, bahwa harga tulip bisa melambung tinggi karena pasar irasional," kata Bhima.

Baca Juga: Janda Bolong Laku Hingga Jutaan Rupiah, Penjual Tanaman Hias Ungkap Penyebabnya

Pasar irasional ini jugalah yang saat ini terjadi pada harga jual jenis tanaman monstera di Indonesia. Permainan yang dimaksud Bhima adalah upaya di antara para pedagang untuk sepakat menaikkan harga item tertentu, sehingga muncullah harga baru yang berbeda.

Tidak hanya itu, para pemain di balik harga pasar ini juga menciptakan rumor-rumor tertentu untuk mempermulus upayanya dalam melambungka harga.

Penulis : Dian-Septina

Sumber : Kompas TV


TERBARU