> >

Perayaan 58 Tahun INTISARI, Wajah Baru Si Penembus Lorong Waktu

Advertorial | 16 Agustus 2021, 19:15 WIB
Wajah baru majalah INTISARI edisi April-Agustus 2021. (Sumber: Dok. INTISARI)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bukan kebetulan apabila pendiri INTISARI memiliki banyak kesamaan misi. Jakob Oetama dan Petrus Kanisius Ojong mendambakan akses informasi yang mencerahkan warga. Mereka pun sepakat untuk menerbitkan media bergaya cerita manusia, bukan renungan atau opini belaka.

Bulan ini, 58 tahun silam, Majalah INTISARI terbit perdana tepat pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Majalah mungil ini terbit monokrom, tanpa sampul—tetapi tidak telanjang. Tebalnya, 128 halaman. Bertiras 10.000 eksemplar dan ludes.

Harga edisi perdana itu Rp60 untuk Jakarta dan sekitarnya, sedangkan Rp65 untuk luar kota. Untuk beberapa edisi awal, harga itu sudah termasuk sumbangan pembangunan Tugu Monumen Nasional. Indonesia patut berbangga bahwa pembaca senior majalah INTISARI turut berpartisipasi dalam pembangunan monumen kebanggaan Indonesia.

Jakob dan Ojong memiliki latar guru, keduanya pendidik yang mumpun dan jurnalis yang idealis. Keduanya juga memiliki minat pada histori. Jakob pernah menyusun buku profil biografi tokoh-tokoh nasional. Sementara, seri buku Perang Dunia Kedua karya Ojong masih diburu dan dicari di toko-toko buku sampai hari ini.

Sejak April tahun ini, INTISARI mengajak pembaca untuk melihat kembali histori, biografi, dan tradisi yang dikemas populer dengan sudut pandang minat insani. Misinya adalah menemukan kembali keasyikan sebagai manusia Indonesia melalui kisah berlatar sejarah dan budaya. Kisah itu akan hadir melalui berbagai platform, baik majalah, web, maupun media sosial.

Majalah INTISARI edisi Agustus 2021 dengan tajuk Cerita di balik Perang. (Sumber: Dok. INTISARI)

Histori—Kisah bergenre sejarah populer tentang peristiwa atau kejadian masa silam tetapi selalu dikaitkan dengan situasi kininya.

Biografi—Tokoh segala bidang yang menginspirasi Indonesia, atau pemikiran atau karyanya memengaruhi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Tradisi—penjelajahan budaya dari gastronomi sampai candi, sebagai kecerlangan Nusantara. Pelestarian kesenian atau tradisi yang nyaris punah, dan seni sebagai bagian keseharian masyarakat.

Setiap bulan, majalah INTISARI menyajikan ‘edisi khusus’. Sajian kisah-kisahnya bertumpu pada cerita di balik sampul. INTISARI tidak sekadar menyajikan cerita fakta, tetapi juga bertumpu pada narasi manusianya. Setiap edisinya menjadi layak dikoleksi.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi hari ini tidak terlepas dari peristiwa dan pelakunya pada masa silam. Kebenaran terendah adalah kebenaran kata-kata, sedangkan kebenaran tertinggi adalah moral cerita. INTISARI memilih setiap cerita yang bisa mewakili pelajaran dan teladan untuk kehidupan sekarang. Bahkan, cerita kematian pun mengajarkan kehidupan.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU