Kompas TV travel jelajah indonesia

Menyesap Kopi Sambil Menikmati Indahnya Semburat Fajar di Wadas Gantung

Kompas.tv - 18 Juni 2020, 10:21 WIB
menyesap-kopi-sambil-menikmati-indahnya-semburat-fajar-di-wadas-gantung
Berkemah di Wadas Gantung (Sumber: Sendi Perwitasari)
Penulis : Desy Hartini

Penat, lelah, bahkan jenuh tatkala menghampiri insan pekerja. Hari-hari yang dilewati dengan bekerja setiap hari membuat si penat betah berlama-lama di tubuh manusia.

Rutinitas yang sama, pergi ke kantor lalu pulang ke rumah terjadi berulang kali hingga akhirnya membuat si jenuh bercokol dalam otak.

Rehat obatnya...

Rehat demi membuang penat dan membasmi jenuh. Salah satunya bisa kamu lakukan dengan mengunjungi Wadas Gantung di Purbalingga, Jawa Tengah.

Wadas Gantung merupakan pos 1 pendakian Gunung Slamet via Gunung Malang yang berada di Purbalingga.

Apabila kamu tidak ingin ke puncak Gunung Slamet, Wadas Gantung bisa menjadi alternatif untuk berkemah dan menikamti pemandangan yang sangat luar biasa.

Akses menuju Wadas Gantung

Akses menuju Wadas Gantung terbilang cukup mudah. Kalau kamu naik transportasi umum, kamu bisa naik kereta api dari daerah asalmu dan turun di Stasiun Purwokerto.

Dari Stasiun Purwokerto, kamu bisa menuju Desa Serang, basecamp pendakian Gunung Slamet berada. Waktu yang ditempuh dari Stasiun Purwokerto sekitar 75 menit.

Sepanjang perjalanan, kamu akan disuguhi pemandangan yang indah. Banyak tempat wisata yang bisa kamu kunjungi setelah camping di Wadas Gantung.

Dikarenakan keluarga suami saya berada di Purbalingga, maka saya memutuskan untuk transit dulu ke rumah keluarga suami di Desa Jenggala, lalu lanjut dengan mengendarai motor menuju Desa Serang. Waktu yang ditempuh kurang lebih 30 menit.

(Sumber: Sendi Perwitasari)

Biaya masuk Wadas Gantung

Tiba di basecamp, pengunjung cukup merogoh kocek Rp20.000,00 saja dengan rincian Rp15.000,00 untuk tiket masuk dan Rp5000,00 untuk biaya parkir motor.

Di basecamp, pengunjung diminta mengisi formulir biodata dan pengecekan perlengkapan serta logistik yang dibawa.

Pendakian dimulai

Pendakian dimulai sekitar pukul 14.00 WIB dengan melewati empat tantangan.

Pertama, saya melewati perkampungan warga yang masih mudah dilalui. 

Setelah itu saya memasuki perkebunan warga. Jalur sudah mulai terjal, tetapi masih aman untuk saya.

Usai melewati perkebunan warga, saya memasuki tantangan ketiga, yaitu hutan pinus. Di sini terlihat sekali pendaki pro dan pendaki amatir. Suami yang sudah terbiasa naik gunung pun hanya memasang muka datar.

Sedangkan saya, jangan ditanya! Napas rasanya engap banget.

Kalimat yang terucap dari mulut saya hanya dua: Istirahat dulu ya 5 menit dan kita masih lama gak ya sampainya?

Setelah keluar dari hutan pinus, saya memasuki padang ilalang yang luas dan sungguh menakjubkan.

Akhirnya yang dinanti-nantikan tiba. Kami berdua tiba di pos 1 Wadas Gantung.

Seharusnya perjalanan dari basecamp ke Wadas Gantung menghabiskan waktu sekitar 1 jam.

Namun, karena saya lebih sering meminta istirahat, maka perjalanan saya menghabiskan waktu selama 2 jam.

Pos I Wadas Gantung (Sumber: Sendi Perwitasari)

Pos 1 Wadas Gantung berada di ketinggian 1768 mdpl. Tempatnya luas dan pengunjung dapat didirikan tenda. Uniknya saat itu, saya dan suami menjadi satu-satunya yang mendirikan tenda.

Mungkin karena pendakian Gunung Slamet ditutup saat itu dan hanya dibuka pendakian Gunung Slamet via Gunung Malang. Itu pun hanya boleh sampai pos 1 Wadas Gantung.

Saya merasa bahagia karena bisa menikmati semua pemandangan ini tanpa keramaian. Tapi ternyata hal ini tidak berlangsung lama.

Ketika malam datang, saya masih bisa tertawa dan bercanda karena tidak merasa sepi. Saya masih bisa mendengar lagu dangdut dan campur sari dari perkampungan warga.

Saat malam semakin larut, ketakutan mulai muncul. Mungkin memang dasarnya penakut dan didukung tempat yang sepi sekali, hanya ada saya dan suami yang berkemah di Wadas Gantung. 

Here We Go… Sunrise

Melewati malam dengan rasa takut dan tidur tak nyenyak menjadi pengalaman unik untuk saya.

Namun semua itu terlewati ketika mendengar azan subuh dari perkampungan warga. Rasa takut sirna seketika karena sebentar lagi pagi datang.

Momen yang saya tunggu tiba, matahari terbit. Saya tidak tahu bagaimana mendeskripsikan keindahan matahari terbit dengan kata-kata.

Matahari terbit dari Wadas Gantung (Sumber: Sendi Perwitasari)

Hanya rasa syukur yang saya ucapkan. Rupanya, Sang Maha Besar masih mengizinkan saya menikmati proses pergantian langit yang gelap gulita menjadi semburat merah dan jingga menandakan matahari akan terbit.

Detik-detik itu tidak akan pernah sirna dari memori saya. Walaupun untuk tiba di Wadas Gantung begitu penuh perjuangan, tapi saya tidak menyesal pernah menginjakkan kaki saya di sini.

Nah, buat kamu yang ingin merasakan keindahan Wadas Gantung, maka bisa ke sana ketika memang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah berakhir atau ketika semuanya sudah kembali normal ya! 

Jaga kesehatan selalu!

#WadasGantung #Purwokerto #GunungSlamet




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x