Kompas TV regional peristiwa

Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin di Jawa dan NTT Akhir-akhir Ini

Kompas.tv - 1 Juli 2022, 10:04 WIB
penjelasan-bmkg-soal-suhu-dingin-di-jawa-dan-ntt-akhir-akhir-ini
Ilusttrasi kedinginan. (Sumber: Tribunnews/Istimewa)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Desy Afrianti

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Belakangan ini, suhu udara di sebagian wilayah Pulau Jawa terasa lebih dingin daripada waktu-waktu sebelumnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, suhu di sebagian wilayah di Jawa dan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi lebih dingin karena mendekati puncak musim kemarau.

"Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau," kata Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin, Kamis (30/6/2022) dilansir dari Kompas.com.

Miming menjelaskan, hal tersebut wajar terjadi dan biasanya berlangsung pada bulan Juli hingga September setiap tahun.

Periode puncak musim kemarau ini, kata dia, ditandai dengan munculnya pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

Baca Juga: Ada Fenomena Gelombang Rossby Ekuator, BMKG: Waspadai Potensi Hujan di Wilayah NTT

"Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin," ujarnya.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia, yang dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

Monsoon Dingin Australia, kata Miming, bertiup dari Australia menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang juga memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin.

"Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," ujarnya.

Selain itu, Miming menyebut berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mempengaruhi suhu yang terbentuk, khususnya suhu dingin ketika malam hari.

"Tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer," ujarnya.

Tak hanya itu, imbuhnya, langit yang cenderung bersih dari awan (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang tersebut langsung dilepas ke atmosfer luar, sehingga membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin.

"Terutama pada malam hingga pagi hari," ujarnya.

Suhu dingin bahkan mencapai minus 1 derajat celcius dan menyebabkan embun es di Dataran Tinggi Dieng.

Baca Juga: Salju Kembali di Dataran Tinggi Dieng

 



Sumber : Kompas TV, Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x