Kompas TV regional sosial

Mengayak Abu hingga Bersihkan Dewa Bumi Tuan Rumah Kelenteng Fuk Ling Miau Yogyakarta

Kompas.tv - 29 Januari 2022, 06:15 WIB
mengayak-abu-hingga-bersihkan-dewa-bumi-tuan-rumah-kelenteng-fuk-ling-miau-yogyakarta
Belly Angling Contessa (kiri) putri Ketua Kelenteng Fuk Ling Miau dan Retno Dewayani, ketua salah satu komunitas, sedang membersihkan meja tempat pedupaan, Jumat (28/1/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Edy A. Putra

“Kalau kegiatannya sebelum dan saat pandemi nggak jauh berbeda. Cuma mungkin orangnya saja yang dibatasi.”

“Jadi dibagi. Biasanya kan banyak. Kegiatan bersih-bersihnya sebetulnya dari kemarin, ini hari kedua. Karena kemarin dibatasi, dilanjutkan hari ini,” tuturnya.

Selain membersihkan kelenteng dan patung Dewa, komunitas yang terlibat biasanya turut hadir saat malam perayaan Imlek.

Sejumlah patung Dewa yang sudah dibersihkan berjejer di depan tulisan tentang jumlah maksimal pengunjung di Kelenteng Fuk Ling Miau. (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Di sana ada sejumlah kegiatan, termasuk pertunjukan kesenian barongsai.

Penjelasan Retno tersebut dibenarkan oleh Belly Angling Contessa, putri dari Ketua Kelenteng Fuk Ling Miau, Angling Wijaya.

Dalam kegiatan bersih-bersih kelenteng menjelang Imlek, terutama memandikan patung Dewa, biasanya dilakukan bersama sejumlah paguyuban atau komunitas.

“Kita bersama paguyuban-paguyuban yang ada di Jogja ini, seperti Gerakan Sosial Mulia Abadi (Gesoma), Alumni SMA Yogyakarta Bersatu (ASYB), GK Ladies (Galang Kemajuan), dan komunitas lintasiman.”

“Kita bersatu membersihkan seluruh area kelenteng sebelum Imlek, jadi kita guyub, Bhineka Tunggal Ika,” tutur Cik Belly, sapaan akrabnya.

Saat ini pengurus kelenteng masih membatasi jumlah orang yang akan beribadah. Meski demikian, antusias umat untuk turut serta dalam peringatan Imlek, termasuk pembersihan kelenteng cukup besar.

“Sebelum pandemi tidak ada batasan. Jadi pandemi ini kita batasi sampai 50 persen. Antusiasme tetap, bahkan kalau kegiatan bersih-bersih begini antusias dari anggota itu menggebu.”

“Karena kita kan di sini beragam agama, nggak cuma dari Konghucu. Jadi saling guyub,” tuturnya.

Dilansir laman resmi Cagar Budaya Kemdikbud, kelenteng yang juga merupakan Vihara Buddha Prabha ini didirikan tahun 1846 oleh masyarakat Tionghoa di Yogyakarta.

Semula kelenteng ini bernama Hok Tik Bio. Berdasarkan papan nama dan elemen-elemen patung yang terdapat pada bangunan, kelenteng Gondomanan mempunyai dua fungsi sebagai Kelenteng Konghucu dan Vihara Buddha.

Dewa Bumi Tuan Rumah Kelenteng Fuk Ling Miau

Sejumlah patung bermacam ukuran dari berbagai jenis bahan terlihat berkilau diterpa sinar matahari siang yang menerobos area kelenteng.

Sebagian besar patung itu sudah dibersihkan dan dimandikan dengan air rendaman bunga mawar.

Dari semua patung yang ada, patung Dewa Kongco Hok Tek atau Kongco Hok Tek Ceng Sin atau juga dikenal sebagai Dewa Bumi, dan patung Dewi Kwan Im, merupakan patung istimewa di kelenteng itu.

“Di sini dewanya ada Dewi Kwan Im sama tuan rumahnya Dewa Kongco Hok Tek atau Dewa Bumi,” kata Cik Belly.

Di kelenteng berusia ratusan tahun itu, Dewa Kongco Hok Tek dan Dewi Kwan Im mendapatkan tempat istimewa.

Dewa Bumi diyakini merupakan Dewa yang melindungi seluruh permukaan bumi, sementara Dewi Kwan Im merupakan Dewi yang welas asih atau menebarkan cinta kasih.

“Jadi yang satu melindungi, yang satunya memberikan welas asih,” tuturnya.

Sejumlah lilin berjejer di dekat altar pemujaan di Kelenteng Fuk Ling Miau, Gondomanan, Yogyakarta. (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Patung-patung para Dewa dan Dewi itu dibersihkan dan dimandikan menggunakan air bunga mawar dan cendana.

Selain agar menjadi lebih bersih dan tidak berdebu menjelang Imlek, memandikan serta membersihkan patung itu mengandung filosofi untuk membersihkan diri.

“Filosofinya kita memandikan itu sebagai wujud membersihkan diri. Habis itu yang dibersihkan altarnya Dewa,” kata Cik Belly.

Selanjutnya, selain membersihkan patung Dewa serta bagian ruangannya, pengurus kelenteng juga menghias kelenteng dengan banyak pernak-pernik, mulai dari bagian depan sampai di belakang.

Lilin yang ada di sini pun beragam, mulai dari ukuran kecil hingga yang terbesar berukuran sekitar lima hingga enam meter.

Lilin-lilin itu merupakan pesanan dari jemaat kelenteng, dan nantinya akan dinyalakan pada malam Imlek, sesuai dengan nama yang tertera pada lilin.

“Lilin ini ada namanya, mereka pesan mau yang berapa tingginya. Nanti sesuai namanya kita nyalakan lilinnya.”

Pada perayaan Imlek kali ini, kata Cik Belly, para jemaat akan berdoa supaya bencana cepat berlalu, memohon keselamatan, kesehatan, panjang usia, dan rezeki.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x