Kompas TV regional peristiwa

Gempa Bumi di Jawa Tengah, BMKG Sebut Jika Lebih 30 Kali Justru Tidak Terlalu Mengkhawatirkan

Kompas.tv - 23 Oktober 2021, 19:27 WIB
gempa-bumi-di-jawa-tengah-bmkg-sebut-jika-lebih-30-kali-justru-tidak-terlalu-mengkhawatirkan
Gempa bumi terjadi belasan kali di Jawa Tengah. Jika sudah lebih dari 30 kali gempa bumi tidak perlu dikhawatirkan. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Gempa bumi terjadi sebanyak belasan kali di wilayah Ambarawa, Kabupaten Semarang, Salatiga, dan sekitarnya. Jika sudah lebih dari 30 kali gempa bumi, tidak perlu dikhawatirkan.

Penjelasan itu disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, dalam acara Kompas Petang Kompas TV, Sabtu (23/10/2021).

Menurutnya, aktivitas gempa bumi yang sudah terjadi hingga 18 kali hingga Sabtu sore (23/10/2021) perlu diwaspadai.

“Bagaimana pun juga yang berkaitan dengan aktivitas semacam ini perlu diwaspadai karena jumlahnya baru 18. Kalau sudah melebihi 30, itu sudah benar-benar murni swarm, dan itu malah tidak terlalu kita khawatirkan,” ucapnya.

Baca Juga: 18 Kali Gempa Bumi di Jawa Tengah, BMKG: Menarik Dicermati

Alasannya, kata Daryono, jika gempa bumi itu merupakan swarm, biasanya tidak ada guncangan dengan magnitudo besar atau di atas magnitudo 5.

“Karena kalau swarm itu tidak ada yang menonjol besar. Tidak ada yang lebih dari (magnitudo) 5, itu jarang sekali.”

Hingga malam ini, pihaknya masih terus memantau perkembangan gempa bumi di wilayah Jawa Tengah tersebut.

Dia berharap bahwa gempa bumi tersebut benar-benar swarm. “Kalau swarm itu kan hanya aktivitas terulang dan tidak akan memunculkan gempa besar. Harapan kita, ini swarm yang tidak akan muncul gempa signifikan di atas 5,” ulangnya.

Daryono juga menjelaskan, jika melihat dari tren gempa bumi yang terjadi hampir setiap jam, kemungkinan guncangan itu merupakan tektonik swarm.

Meski guncangannya tidak besar, gempa bumi swarm juga perlu diwaspadai oleh masyarakat karena guncangannya berulang.

Guncangan yang berulang dapat melemahkan struktur bangunan yang memang sudah lemah.

“Karena goncangan yang terjadi kalau terus terjadi akan melemahkan struktur bangunan yang sudah lemah, dan itu bisa mengalami kerusakan. Ini yang harus diwaspadai,” tuturnya.

Baca Juga: Gempa Guncang Salatiga 14 Kali karena Aktivitas Sesar Merapi-Merbabu

Daryono melanjutkan, jika melihat dari sejarah gempa bumi, kawasan Salatiga, Ambarawa, dan sekitarnya pernah diguncang oleh gempa bumi tektonik, yakni pada tahun 1849, 1865,1866,1877, dan terakhir pada 17 Februari 2014 lalu.

Gempa bumi pada 17 Februari 2014 merupakan gempa yang merusak, yang berdekatan dengan sesar Merapi, Merbabu, Telomoyo, serta sesar aktif lainnya yaitu Sesar Rawa Pening.

Melihat sejarah tersebut, dia menyarankan agar masyarakat di Salatiga dan sekitarnya perlu diberikan edukasi.

“Karena bagaimanapun juga kita harus menyiapkan bangunan yang kokoh, karena daerahnya dekat sumber gempa dan ada pengalaman terjadi gempa merusak pada masa lalu.”

Masyarakat juga perlu dididik cara-cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa. Harus ada sosialisasi pada masyarakat di sana, sehingga meskipun daerahnya rawan gempa, masyarakat bisa mengantisipasi baik dengan bangunan yang tahan gempa maupun cara menyelamatkan diri.

Mengenai imbauan untuk warga setempat, Daryono mengatakan, untuk sementara mereka boleh tetap beraktivitas seperti biasa, karena hingga saat ini kita belum mendapatkan laporan kerusakan bangunan di daerah gempa tersebut.

“Sejauh ini masih berupa guncangan, tapi masyarakat diimbau tetap tenang, tidak perlu panik tapi tetap waspada karena kita tidak bisa memprediksi ke depan itu seperti apa. Harapan kita ini adalah gempa swarm,” tegasnya.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x