Kompas TV regional hukum

Petani Terancam Penjara 10 Tahun dan Denda Rp 200 Juta Gara-Gara Tanam Wortel di Gunung Papandayan

Kompas.tv - 8 Juni 2021, 13:55 WIB
petani-terancam-penjara-10-tahun-dan-denda-rp-200-juta-gara-gara-tanam-wortel-di-gunung-papandayan
Ilustrasi petani (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Fadhilah | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV-  Agus Mu'min terancam pidana penjara maksimal 10 tahun dan denda Rp 200 juta.

Petani asal Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu didakwa melakukan tindak pidana Pasal 40 ayat 1 jo Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

Perbuatan yang dia lakukan yakni membuka kebun di kawasan hutan larangan Cagar Alam Gunung Papandayan yang berada di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Hal itu terungkap dalam dakwaan jaksa penuntut umum pada Kejari Bale Bandung, Dawin Sofian Gaja.

Perkara ini sudah disidangkan di Pengadilan Negeri Bale Bandung sejak 22 April 2021 hingga saat ini.

Baca Juga: Viral Video Ladang Jagung 2 Hektare Ludes Diserbu Tikus dalam Semalam, Petani Langsung “Gropyokan”

Dalam dakwaan terungkap bahwa kasus ini bermula pada 2017 hingga September 2020.

Agus Mu'min dianggap dengan sengaja melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam di kawasan Cagar Alam Gunung Papandayan Blok 113.

Menurut jaksa, sekira 2017, terdakwa diminta pria bernama Aep, saat ini sudah meninggal, menggarap lokasi kebun miliknya dengan luas 1 hektar dengan garapan wortel. Agus lantas menyanggupinya dan mencari sejumlah pekerja.

Kebun seluas 1 hektare di kawasan hutan larangan Cagar Alam Papandayan itu kemudian ditanami wortel, melibatkan dua pekerja dengan upah RP 40 ribu per hari.

"Saat panen, kedua pekerja mendapat bonus RP 1 juta per tahun dari hasil panen. Selain wortel, kebun juga ditanami kol dan kentang," kata jaksa dalam berkas dakwaannya, seperti dikutip dari Tribun Jabar, Selasa (8/6/2021).

Untuk mengelola kebun, Agus juga membangun gubuk yang terbuat kayu beratapkan genteng dengan ukuran 3x5 meter persegi di lahan garapan di hutan larangan Cagar Alam Gunung Papandayan itu.

"Tujuannya untuk untuk tempat istirahat pekerjanya serta menyiapkan peralatan berupa pipa dan selang air untuk kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan Cagar Alam Gunung Papandayan," kata dia.

Perkara itu juga menghadirkan saksi ahli kawasan konservasi bernama Dian Risdianto.

Menurut ahli, sesuai dengan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu.

Baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem peyangga kehidupan.

Baca Juga: Petani Sawah di Gorontalo Derita Gatal-Gatal, Akibat Air Tercemar dari Aktivitas Penambangan Ilegal?

Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa.

Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan jenis tumbuhan dan atau keanekragaman tumbuhan, beserta gejala alam, dan ekosistemnya.

Bahwa hal itu memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian agar keberadaan dan perkembangannya dapat berlangsung secara alami.

Fungsi pokok kawasan suaka alam yakni sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem peyangga kehidupan, sedangkan Cagar Alam dapat dimanfaatkan untuk sejumlah kegiatan.

Yakni, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam, penyerapan dan/atau penyimpanan karbon dan pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.

"Bahwa kegiatan perkebunan yang dilakukan oleh terdakwa termasuk dalam kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan atas keutuhan kawasan suaka alam," kata jaksa.

Kemudian, kata dia, melalui kegiatan perkebunan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

"Bahwa perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli," ucap jaksa.

Baca Juga: Petani di Magetan Ubah Lahan Pertanian Jadi Wisata Edukasi Taman Bunga

Adapun Gunung Papandayan ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam lewat Kepmenhut No 226/Kpts-II/1990 tanggal 8 Mei 1990 tentang Penentapan Areal Kawasan Hutan Gunung Papandayang seluas 6.807 hektar sebagai Cagar Alam dan 225 hektar sebagai Taman Wisata.

Kepala Seksi Pidana Umum Kejari Bale Bandung Asrini As'ad membenarkan ihwal penanganan perkara tersebut.

"Betul, saat ini perkaranya masih dalam pembuktian. Untuk terdakwa tidak ditahan," ucap Asrini.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x