Kompas TV pendidikan edukasi

Psikolog Buka Suara soal Sekeluarga Bunuh Diri Lompat dari Lantai 22 Apartemen Penjaringan

Kompas.tv - 11 Maret 2024, 07:48 WIB
psikolog-buka-suara-soal-sekeluarga-bunuh-diri-lompat-dari-lantai-22-apartemen-penjaringan
Ilustrasi bunuh diri (Sumber: Msw.usc.edu)
Penulis : Ade Indra Kusuma | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Empat orang yang merupakan satu keluarga melakukan bunuh diri di Apartemen Teluk Intan Tower Topas Penjaringan Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024) sore.

Mereka yang tewas adalah EA (50), yang kedua AEL (52), CWA (13), dan JL (15).

Kapolsek Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya mengatakan, korban tewas adalah satu keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak.

Kejadian ini berlokasi di depan lobi Apartemen Teluk Intan, Jalan Inspeksi Teluk Intan, RT 12/RW 12, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara.

Baca Juga: Ditemukan Tanda Keberadaan Pesawat Kargo 'Smart Air' yang Hilang Kontak, Ini Kata Tim SAR!

"Kejadian bunuh diri ini pertama kali diketahui oleh EF, karyawan yang bertugas di lobi apartemen," ujarnya.

"EF mendengar benturan keras saat berjaga, kemudian mendapati empat mayat tergeletak dengan kondisi tangan terikat," kata Kompol Agus.

Psikologi klinis dari Universitas Islam Indonesia (UII), Qurotul Uyun, menyebut faktor ayah diduga mempengaruhi istri dan kedua anaknya ikut mengakhiri hidup dengan lompat dari Apartemen Teluk Intan.

Qurotul Uyun menduga bahwa orangtua yaitu EA dan AI memiliki peran krusial untuk memengaruhi anak-anaknya untuk ikut mengakhiri hidup.

Pasalnya, Uyun menuturkan peran orangtua dapat memengaruhi sudut pandang seluruh keluarga terhadap masa depannya sehingga berakhir putus asa.

"Jika memang di situ, keluarga kompak dalam ide mengakhiri hidup, mungkin orangtuanya yang sangat kuat mempengaruhi keluarganya, sehingga mempengaruhi pola pikir keluarganya menjadi negatif terhadap masa depannya," kata Uyun, mengutip Wartakota Minggu (10/3/2024).

Sehingga, kata Uyun, mereka menjadi putus asa dan menganggap bahwa bunuh diri itu jalan keluar terbaik untuk mengakhiri penderitaan keluarga.

"Ayahnya kemudian menyebarkan pengaruh negatif bahwa kehidupan mereka akan sulit sehingga mungkin membangun keputusasaan bersama-sama," katanya.

Uyun juga menduga tidak adanya dukungan sosial dari tetangga keluarga tersebut bisa menjadi salah satu faktor untuk mengakhiri hidup.

Hal ini, katanya, dapat semakin menguatkan pikiran keluarga tersebut untuk mengakhiri hidupnya.

"Apakah mungkin keluarga tadi benar-benar terisolasi secara sosial dari lingkungannya, sehingga mereka tidak mendapat dukungan dari lingkungan?" ujarnya.

"Tetapi semakin menguatkan pikirannya sendiri untuk ide mengakhiri hidup dan melakukan semacam brain wash (cuci otak) terhadap keluarganya," kata Uyun.

Adapun pernyataan Uyun ini berkaca dari kasus lain yang sempat terjadi di Indonesia.

"Soalnya kasus lain seringnya, anak-anaknya masih usia sangat muda kemudian diracun, dan orangtuanya bunuh diri," ujarnya.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x