Kompas TV pendidikan edukasi

5 Hewan Teratas yang Punya Kentut Paling Bau dan Mematikan, Sigung Nomor Satu

Kompas.tv - 10 Februari 2023, 14:41 WIB
5-hewan-teratas-yang-punya-kentut-paling-bau-dan-mematikan-sigung-nomor-satu
Ilustrasi - Hewan-hewan yang mempunyai kentut paling bau (Sumber: bobo.grid.id)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Iman Firdaus

Nama trenggiling berasal dari kata Melayu pangguling atau guling yang artinya menggulung.  Tenggiling (juga disebut sebagai pemakan-semut bersisik) adalah mamalia dari ordo Pholidota. 

Spesies ini berukuran mulai dari 30 cm hingga 100 cm. Trenggiling ditemukan secara alami di daerah tropis Afrika dan Asia.


 

Trenggiling juga merupakan salah satu hewan yang kentutnya paling bau di dunia. Bau yang dihasilkan trenggiling berasal dari kelenjar yang terletak di dekat anusnya yang menghasilkan cairan kimia. Baunya mirip dengan yang dihasilkan sigung.

4. Tamandua

Tamandua adalah genus trenggiling dengan dua spesies:tamandua selatan (T. tetradactyla) dan tamandua utara (T. mexicana). Mereka hidup di hutan dan padang rumput, semi-arboreal, dan memiliki ekor yang dapat dikendalikan.

Mereka terutama memakan semut dan rayap, tetapi terkadang mereka juga memakan lebah, kumbang, dan larva serangga. Di penangkaran, mereka akan memakan buah dan daging.

Seperti sigung, tamandua juga memiliki kelenjar bau di anusnya. Menurut World Atlas, bau ini sangat kuat hingga bisa tercium dalam radius 48 meter.

Baca Juga: Kentut Sapi Bisa Sebabkan Pemanasan Global, Cara Untuk Menguranginya Telah Ditemukan

5. Sapi

Gas yang dihasilkan oleh kentut sapi adalah metana hasil pencernaan, itulah mengapa sapi bisa mengeluarkan kentut yang bau dan berbahaya. Gas ini berbahaya bagi bumi tempat kita tinggal. 

Apalagi jika metana diproduksi dalam jumlah yang sangat besar. Di seluruh dunia, diperkirakan ada 1 miliar ekor sapi. 

Bayangkan jika semua sapi mengeluarkan gas secara bersamaan, berapa banyak metana yang dihasilkan dan memenuhi atmosfer bumi. Metana adalah penyebab efek rumah kaca. 

Artinya, panas bumi akan terperangkap di atmosfer dan tidak dapat dilepaskan ke angkasa. Akibatnya, mau tidak mau menyebabkan pemanasan global dan iklim yang tidak stabil.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x