Kompas TV nasional rumah pemilu

Marak Kendala saat Input Data Sirekap, Pakar Keamanan Siber: Sepertinya Tidak Ada Error Checking

Kompas.tv - 15 Februari 2024, 19:37 WIB
marak-kendala-saat-input-data-sirekap-pakar-keamanan-siber-sepertinya-tidak-ada-error-checking
 Ketua Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mempertanyakan proses pengecekan eror dalam pengumpulan data melalui Sirekap KPU. (Sumber: kpu.go.id)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha mempertanyakan proses pengecekan eror dalam pengumpulan data melalui Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pratama mengaku pihaknya juga menemukan keanehan hasil penghitungan suara di laman resmi penghitungan (real count) KPU http://pemilu2024.kpu.go.id.

Sebelumnya, viral di media sosial kendala saat petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) memasukkan data penghitungan suara ke aplikasi Sirekap KPU. Sejumlah pengguna media sosial mengeluhkan kendala pemindaian formulir C-Hasil Plano ke Sirekap.

Salah satu kendala input data tersebut diketahui terjadi di tempat pemungutan suara (TPS) 014 Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Petugas KPPS TPS 014 Kelurahan Pajang, Eka Suryaning Putri menuturkan bahwa kendala Sirekap terjadi dalam pemindaian seluruh surat suara.

"Semalam aplikasi Sirekap eror untuk semua surat suara, mulai dari presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota itu eror semua, jadi enggak cuma presiden saja," kata Eka saat dihubungi pada Kamis (15/2/2024).

Baca Juga: Ramai Anggota KPPS Meninggal Dunia, Kemenkes: Sekitar 15 Persen Petugas Berusia Lebih dari 55 Tahun

Kata Eka, kendala yang dialami timnya adalah tidak bisa melakukan input data otomatis surat suara DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Petugas pun mesti melakukan input data manual.

"Harusnya kan Sirekap itu ngefoto form C plano hasil terus ke-scan, terus nantinya tulisannya muncul di aplikasi. Harusnya seperti itu, tapi semalam enggak gitu. Semua harus ditulis secara manual," katanya sebagaimana dikutip Kompas.com.

Pratama Persadha menyampaikan, berdasarkan pemantauan CISSRec, juga terdapat jumlah suara berbeda dalam portal Sirekap dibanding lembar C1. Beberapa data seperti jumlah DPT dan suara sah juga berbeda antara Sirekap dengan lembar C1 yang diunggah.

Hal ini salah satunya diketahui di TPS 013 Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat. Pratama menyebut selisih suara yang berbeda antara data Sirekap dengan lembar C1 mencapai 500 suara.

"Pada situs KPU, TPS tersebut terdapat 301 jumlah pengguna dalam sedangkan form C1 tertulis jumlah pemilih dalam DPT adalah 236, di mana hal ini sesuai dengan surat suara yang diterima oleh TPS tersebut yaitu sejumlah 241 surat suara," kata Pratama, Kamis (15/2).

Lebih lanjut, Pratama menyebut keanehan lain yang ditemukan adalah jumlah suara sah di situs Sirekap KPU hanya tertera dua suara, sedangkan di lembar C1 sejumlah 202 suara. Padahal, dalam baris jumlah seluruh suara sah dan tidak sah sudah sesuai dengan unggahan lembar C1, yakni 204 suara.

"Namun yang lebih memprihatinkan adalah jumlah perhitungan suara pemilihan presiden, di mana jumlah suara untuk paslon 2 Prabowo-Gibran jumlah suara yang diperoleh tertulis di situs KPU adalah 617 suara, kelebihan 500 suara dari yang seharusnya adalah 117 suara seperti yang tertera pada form Plano C1," katanya.

Pratama pun menyebut, dilihat dari kasus yang ada, sepertinya sistem entry data Sirekap KPU tidak memiliki fitur error checking atau pengecekan kesalahan. Sehingga, kesalahan saat memasukkan data rawan terjadi.

"Jika dilakukan error checking pada saat entry (data), sistem akan menolak jika jumlah perolehan suara pemilihan presiden di atas jumlah suara yang sah," katanya.

Apabila ada sistem error checking yang memadai, Pratama menyebut sistem akan otomatis menolak jika, misalnya, input data jumlah surat suara sah ditambah surat suara tidak sah tidak sama dengan data seluruh suara sah ditambah surat suara tidak sah.

"Ini hanya contoh kesalahan di salah satu TPS. Siapa pun pemenang kontestasi politik ini merupakan pilihan terbaik bangsa Indonesia. Akan tetapi hal seperti ini seharusnya tidak terjadi karena rawan untuk menjadi kesalahan," katanya.

Pratama pun mengimbau masyarakat yang bisa mengakses hasil penghitungan suara di TPS untuk mengecek data suaranya di pemilu2024.kpu.go.id untuk memastikan hasil penghitungan surat suara di TPS dengan di portal Sirekap sama.


Ketua KPU Hasyim Asy'ari sendiri telah meminta maaf atas kekeliruan hasil konversi penghitungan surat suara di portal Sirekap. Hasyim menyebut seharusnya sistem dapat mengenali kekeliruan konversi.

Hasyim menyebut kekeliruan konversi data diketahui terjadi di 2.325 TPS atau 0,64 persen dari total TPS yang diunggah. 

"Ada 2.325 TPS yang ditemukan antara konversinya berbeda (dari) yang sudah diunggah 358.775 TPS," katanya dalam konferensi pers pada Kamis (15/2).

"Bukan persentasenya yang ingin kami sampaikan, tetapi Sirekap mengenali kalau ada salah hitung atau salah konversi atau sistem kurang tepat membaca," lanjut Hasyim.

Hasyim menegaskan, kesalahan-kesalahan konversi data itu akan dikoreksi KPU. Hasyim pun menekankan bahwa penetapan hasil pemilu akan dilakukan melalui rekapitulasi secara berjenjang hingga KPU Pusat.

Baca Juga: Hasto Sebut Pidato Kemenangan Prabowo dari Hitung Cepat Terlalu Dini, Tak Paham Tahapan Pemilu

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x