Kompas TV nasional peristiwa

Data Pesawat Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan Ditemukan, Proses Investigasi Dimulai

Kompas.tv - 17 November 2023, 19:52 WIB
data-pesawat-super-tucano-yang-jatuh-di-pasuruan-ditemukan-proses-investigasi-dimulai
Kolase foto pesawat Embraer Super Tucano dan tangkapan layar Super Tucano jatuh di Pasuruan Jawa Timur, Kamis (16/11/2023). (Sumber: Lombok.tribunnews.com)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Data pesawat Super Tucano yang kecelakaan di Pasuruan, Jawa Timur telah ditemukan tim gabungan pada Jumat (17/11/2023) pagi.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati ketika menyampaikan keterangan pers di Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (17/11/2023).

Kadispenau Agung mengungkapkan musibah kecelakaan dua pesawat Super Tucano terekam di dalam flight data recorder (FDR).

FDR dari dua pesawat yang mengalami kecelakaan di lereng Gunung Bromo pada Kamis (16/11/2023) siang itu kini sudah berada di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang.

"Perlu kami sampaikan bahwa data dari FDR, saat ini FDR sudah ada di Lanud Abdulrachman Saleh, mudah-mudahan bisa kita baca untuk bisa memberi penjelasan lebih lanjut apa yang terjadi pada penerbangan ini," terangnya.

Baca Juga: Kadispenau Ungkap Prosedur yang Selamatkan 2 Pesawat Super Tucano dari Kecelakaan di Pasuruan

FDR tersebut diamankan oleh tim gabungan dari Pusat Kelaikan Keselamatan Terbang dan Kerja TNI Angkatan Udara (Puslaiklambangjaau) bersama Skadron Teknik 022 Abdulrachman Saleh Malang pada Jumat (17/11/2023) pagi.

"Tadi pagi tim dari Puslaiklambangjaau bersama dengan tim dari Skadron Teknik di Lanud Abdulrachman Saleh telah berhasil mencapai kedua pesawat yang mengalami kecelakaan," ungkapnya.

Tim gabungan itu, kata dia, telah mendapatkan beberapa data serta berhasil merekam informasi dan mencatat segala hal yang terjadi di sana.

"Selanjutnya kami akan tetap melanjutkan untuk melakukan penyelidikan," ujarnya.

Mengenai kapan dan bagaimana proses investigasi berjalan, ia berjanji akan menyampaikan pada kesempatan berikutnya.

"Karena ini investigasi baru hari pertama, nanti akan ada pemberitahuan selanjutnya mengenai bagaimana hasil investigasi sebagai data awal dari kecelakaan ini," terangnya.

Ia menyebut, investigasi yang dilakukan akan mempengaruhi prosedur penerbangan selanjutnya.

"Yang penting bagaimana kita mengubah prosedur atau menambah prosedur, bahwa ternyata prosedur sudah benar," ujarnya.

Agung menerangkan, para penerbang sempat mengatakan "blind" saat empat pesawat memasuki awan yang pekat.

Baca Juga: Kadispen TNI AU Soal Investigasi Jatuhnya Pesawat Super Tucano di Pasuruan

Awalnya, kata Kadispenau, saat satu per satu pesawat naik ke angkasa, awan-awan disekitarnya tipis, namun tiba-tiba awan-awan itu menebal, sehingga menyebabkan jarak pandang para penerbang terganggu, bahkan tidak bisa melihat apa-apa atau "blind".

"Mereka terbang formasi, take off satu per satu, setelah naik ke atas mereka bergabung menjadi satu kesatuan pesawat yang formasi, formasi itu dekat sekali," kata Kadispenau Agung Sasongkojati.

"Pada saat mereka climbing, mereka masuk ke awan, in-out-in-out, artinya awannya itu tipis-tipis saja, namun awan itu tiba-tiba menebal dengan pekat, sehingga pesawat yang dekat saja, mungkin jaraknya 30 meter itu tidak kelihatan," imbuhnya. 

Sesuai prosedur, jelas Kadispenau, saat awan sangat tebal hingga mengganggu pandangan, para penerbang mengatakan "blind" atau dalam Bahasa Indonesia buta

"Itu adalah prosedur. Prosedur ini lah yang menyelamatkan dua pesawat," terangnya.

"Pada saat dikatakan blind, maka sesuai prosedur, pesawat-pesawat saling menjauhkan diri," sambungnya.

Baca Juga: Mengenal Pesawat TNI AU Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan | SINAU

Ketika empat pesawat saling menjauhkan diri, ia mengatakan, terdengar suara mesin Emergency Locator Transmitter (ELT) atau alat pemancar sinyal darurat.

"Berarti ada sesuatu yang terjadi pada satu pesawat, sejurus kemudian, saya tidak tahu berapa lama, baru terdengar lagi suara ELT yang kedua," tuturnya.

"Tapi dua pesawat selamat karena melaksanakan prosedur melepaskan diri dari formasi, setelah memasuki awan yang tebal itu," ujarnya.

Prosedur saat masuk ke dalam "blind" atau situasi tidak bisa melihat, karena awan yang sangat pekat, kata dia, ternyata menyelamatkan dua pesawat lainnya.

"Mungkin kami bisa menambah prosedur baru, sehingga kalau ada kejadian semacam ini bisa empat-empatnya selamat," jelasnya.

"Jadi tujuan investigasi adalah memperbaiki prosedur, menambah prosedur, atau mengurangi hal-hal yang tujuannya untuk keselamatan penerbangan dan keselamatan misi," sambungnya.

Kadispenau Agung Sasongkojati juga menjelaskan bahwa empat jenazah TNI AU penerbang pesawat Super Taco telah dimakamkan pada Jumat (17/11/2023).

Tiga jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Untung Suropati Malang, sedangkan satu jenazah dimakamkan di TMP Madiun sesuai permintaan keluarga.

Tiga jenazah yang dimakamkan di TMP Untung Suropati Malang adalah Marsekal Pertama TNI Anumerta Subhan, Marsekal Pertama TNI Anumerta Widiono, dan Kolonel Penerbang Anumerta Sandra Gunawan. 

"Semua mendapat kenaikan pangkat luar biasa dari pemerintah atas jasa-jasa yang melebihi tuntutan tugas," jelas Kadispenau Agung.


 

Satu jenazah yang dimakamkan di TMP Madiun ialah Letnan Kolonel Penerbang Anumerta Yudha Septa.

"Pemakaman berjalan dengan aman dan lancar, serta khidmat," ujarnya.

Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, dua pesawat tempur milik TNI AU jatuh di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis, sekitar pukul 12.00 WIB. 

Pesawat yang jatuh tersebut merupakan pesawat tempur taktis jenis EMB-314 Super Tucano. Ada empat pesawat yang terbang dalam rangka latihan profisiensi formasi.

Namun, dua pesawat tidak kembali ke Lanud Abdulrachman Saleh karena jatuh.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x