Baca Juga: [FULL] Sambutan Jokowi di Rakernas Relawan Seknas: Bicara Soal Trust, Hilirisasi Hingga 2024
"Saya hanya ingin mencoba posisi kita di mana, kuat atau tidak kuat. Dipercaya atau tidak dipercaya. Sulitnya disitu. Kalau kita tidak dipercaya kita minta mudah tapi tetap di pinggir. Paling tidak dekat-dekat dengan tuan rumah. Kalau enggak saya tidak mau datang," ujar Jokowi.
"Saya ingin menunjukan ini negara besar, Indonesia negara besar, bukan negara kaleng-kaleng kita ini," sambung Jokowi.
Lebih lanjut Presiden Jokowi menjelaskan sejak jaman Persatuan Perusahaan Hindia Timur (VOC) seluruh bahan mentah dibawa ke luar negeri.
Di era 70an, saat minyak bumi sedang naik, Indonesia juga mengirim bahan mentah ke luar. Langkah ini terus berlanjut hingga era 80an.
Baca Juga: Alasan Jokowi Sebut Indonesia Bukan Negara Kaleng-kaleng
Saat ini perlu Indonesia mulai membangun program hilirisasi, untuk mengolah bahan mentah di dalam negeri untuk mendapatkan nilai tambah.
Presiden menjelaskan saat Indonesia mengekspor bahan mentah nikel, uang yang masuk sekitar 2,1 triliun dolar Amerika Serikat, atau hanya dapat Rp30 triliun per tahun. Itupun yang dapat perusahaan.
Saat ada hilirisasi mulai tahun 2020, muncul angka 33,8 triliun dolar AS. Kalau dirupiahkan sekitar Rp510 triliun.
"Dari Rp30 triliun menjadi Rp510 trilun, terus pemerintah dapat apa. Dari Rp30 trilin kita dapat royalti dan biaya ekspor, kemudian saat Rp510 triliun kita juga dapat royalti, PPN, PPh Badan, PPh karyawan, biaya ekspor. Negara dapat dari situ, penerimaan negara," ujar Jokowi
"Kemudian dari penerimaan negara itu kita transfer untuk dana desa, untuk bantuan sosial pangan, kita berikan membangun infrastruktur. Jadi urutan ceritanya seperti itu. Tapi ada yang tanya Pak itu yang untung perusahan, iya tapi kita juga dapat untung besar, itu baru satu barang," sambung Presiden.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.