Kompas TV nasional humaniora

Hujan Buatan Guyur Jabodetabek, Menilik Kembali Keinginan Luhut soal Lembaga Khusus Modifikasi Cuaca

Kompas.tv - 28 Agustus 2023, 22:05 WIB
hujan-buatan-guyur-jabodetabek-menilik-kembali-keinginan-luhut-soal-lembaga-khusus-modifikasi-cuaca
Seorang pejalan kaki menggunakan payung ketika hujan mengguyur Kota Surabaya, Rabu (11/01/2023). (Sumber: Antara Jatim/Rifai)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Daerah Jabodetabek mendadak diguyur hujan di tengah musim kemarau Juli-Agustus 2023 hasil perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Hujan yang mengguyur Jabodetabek pada Minggu (27/8/2023) sore hingga malam itu ternyata merupakan hasil modifikasi cuaca yang dilakukan BMKG. 

Penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) ini dilakukan untuk mengatasi masalah polusi udara di wilayah sekitar Ibu Kota yang diketahui dalam beberapa pekan terakhir sangat mengkhawatirkan.

Hujan buatan hasil TMC di Jabodetabek bukan pertama kali dilakukan. Menilik sejarahnya, TMC sudah digagas sejak era Presiden ke-2 RI Soeharto yang melihat pertanian negara Thailand cukup maju. 

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) BJ Habibie menjadi menteri yang ditunjuk Soeharto untuk mempelajari TMC. Di tahun 1977, proyek percobaan hujan buatan dimulai. Waktu itu, pelaksanaannya masih didampingi asistensi dari Thailand.

Baca Juga: Modifikasi Cuaca: Apa Itu Hujan Buatan, Cara Membuat dan Sejarahnya di Indonesia?

Di tahun selanjutnya pada 1978, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berdiri. Kala itu, proyek hujan buatan berada pada Direktorat Pengembangan Kekayaan Alam (PKA).

Tahun 1985, berdiri Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan berdasarkan SK Menristek/Ka BPPT nomor 342/KA/BPPT/XII/1985. 

Lalu pada 2015, mulai dikenal istilah teknologi modifikasi cuaca sesuai dengan Peraturan Kepala BPPT 10/2015 yang mengubah nomenklatur UPT Hujan Buatan menjadi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca.

Terakhir, yakni pada 2021, setelah terintegrasi ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kini pelayanan TMC berada di Laboratorium Pengelolaan TMC di bawah Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset dan Kawasan Sains dan Teknologi.

Selain menciptakan hujan buatan, TMC juga berperan mengurangi curah hujan. Aplikasinya dilakukan saat SEA Games XXVI Palembang 2011.

Baca Juga: Prediksi Musim Hujan di Oktober-November, BMKG: Waspada Puncak Kemarau

Kemudian dilakukan untuk penanggulangan banjir Jakarta pada 2013, 2014, dan 2020, MotoGP Mandalika 2022, hingga yang terakhir KTT G20 2022.

Wacana lembaga khusus

Berkaca dari keberhasilan KTT G20 2022 mengadang awan-awan hujan, (Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berkeinginan ada lembaga khusus yang menangani modifikasi cuaca.    

Sosok yang berpengaruh pada tim modifikasi cuaca di KTT G20 2022 adalah Dr Tri Handoko Seto, pakar TMC.

Luhut sempat berdiskusi dengan Tri Handoko mengenai seberapa besar manfaat modifikasi cuaca ke depan bagi Indonesia. 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x