Kapolri Sebut Kebijakan Perpanjangan Cuti buat Jumlah Kendaraan di Arus Balik Turun 13 Persen

JAKARTA, KOMPAS.TV - Arus balik Lebaran 2023 mengalami penurunan sekitar 13 persen. Hal ini membuat waktu tempuh arus balik pada H+2 Lebaran atau 25 April 2023 lebih singkat dibanding periode yang sama di Lebaran 2022.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menjelaskan dari laporan yang diterima pada Senin (24/4/2023) malam, jumlah kendaraan saat arus balik Lebaran di H+2 berkurang 13 persen dari prediksi awal. 

Sebelumnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi 203 ribu kendaraan per hari dari arah timur Jalan Tol Trans Jawa dan dari arah Bandung yang akan melalui Tol Jakarta-Cikampek. 

Menurut Sigit penurunan 13 persen ini membuat penurunan waktu tempuh antara 18-30 menit. Terhitung pada 2022 berlangsung sekitar 7 jam, sementara 2023 rata-rata 6 jam 47 menit.

Baca Juga: Menko PMK Perkirakan Arus Balik dari Sumatera-Jawa Sampai 2 Mei 2023

Ia menilai penurunan kendaraan dari prediksi awal ini hasil dari keputusan pemerintah yang memperpanjang cuti Lebaran, sehingga masyarakat dari arah timur menuju Jakarta dapat mengambil alternatif hari keberangkatan.

"Tentunya ini akan kita tunggu apakah penurunan 13 persen ini tetap bertahan. Artinya kita sudah bisa menurunkan prediksi puncak arus balik yang 203 ribu tadi, karena bisa turun di 13 persen," ujar Sigit saat meninjau arus balik Lebaran 2023 di Tol Jakarta-Cikampek KM 72, Selasa (25/4/2023).

Sigit menambahkan peningkatan kendaraan arus balik kemungkinan akan terjadi pada Kamis (27/4/2023), hingga Sabtu (29/4/2023).

Hal ini lantaran adanya kebijakan diskon tarif tol yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Meski begitu Sigit menyatakan kepolisian sudah mengantisipasi peningkatan di tanggal penerapan diskon tarif jalan tol.

Baca Juga: Puncak Arus Balik Lebaran 2023, Polda Jawa Tengah: Volume Kendaraan Naik 49 Persen di Jalur Arteri

"Ini baik, sehingga rangkaian puncak arus balik ini betul-betul kita bisa antisipasi dan berjalan lancar walaupun terjadi kepadatan dan kita bisa menghindari risiko terjadinya stagnan atau kemacetan luar biasa," ujar Sigit.