Kompas TV nasional hukum

Perjalanan Panjang Kasus Ferdy Sambo, Kapolri Sebut Pil Pahit bagi Institusi Kepolisian

Kompas.tv - 2 Maret 2023, 05:35 WIB
perjalanan-panjang-kasus-ferdy-sambo-kapolri-sebut-pil-pahit-bagi-institusi-kepolisian
Kapolri dalam Satu Meja The Forum, Rabu (1/3/2023) menilai kasus pembunuhan Yosua yang melibatkan mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo menjadi pil pahit bagi institusi kepolisian. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kasus pembunuhan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang melibatkan mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo menjadi pil pahit bagi institusi kepolisian.

Penjelasan itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Rabu (1/3/2023), dalam wawancara eksklusif dengan Kompas TV dan ditayangkan di Satu meja The Forum.

Listyo mengatakan, perjalanan kasus tersebut yang cukup panjang, bahkan memakan waktu sekitar enam bulan lebih akhirnya bisa dituntaskan sesuai dengan janjinya.

“Akhirnya semua bisa kita tuntaskan sesuai dengan janji kita waktu itu, bahwa kita akan menangani kasus FS ini secara transparan, akuntabel, profesional, dan tentunya menggunakan dasar-dasar scientific crime investigation.”

Kini, hasil dari perjalanan panjang itu, kata dia, sudah terlihat dan tuntas hingga di putusan majelis hakim di pengadilan.

Baca Juga: Teddy Bertemu Kapolri Sebelum Jadi Tersangka: Beliau Bilang Tak Ingin Kejadian Seperti Sambo

“Kita harus fokus kembali untuk melaksanakan tugas-tugas lain yang sangat banyak di kepolisian.”

Saat ditanya mengenai pelajaran apa yang bisa diambil oleh Polri dari kasus tersebut, Listyo mengakui bahwa kasus itu merupakan pukulan berat untuk institusinya.

“Bagi kita, bagi institusi Polri, tentunya jujur ini adalah pukulan berat buat institusi kami.”

“Apalagi beberapa waktu sebelumnya kita pernah mendapatkan tingkat kepercayaan publik yang selama 1,5 tahun itu menjadi puncak tertinggi untuk institusi kepolisian saat itu,” ujarnya.

Namun, saat peristiwa itu terjadi, tiba-tiba tingkat kepercayaan publik merosot drastis di angka terendah.

Hal ini, tegasnya, menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi institusi Polri, ia mengibaratkannya sebagai pil pahit yang akan menjadi obat.

“Tentunya ini menjadi pelajaran berharga, ini pil pahit bagi kita.”

“Namun demikian, pil pahit itu tentunya harus menjadi obat untuk kita, untuk kemudian bagaimana kita melakukan perbaikan dalam waktu yang cepat,” tuturnya.

Kasus ini, lanjut Kapolri juga momen untuk seluruh jajaran kita semua untuk mengambil pilihan dan menjaga soliditas, bersama-sama berkomitmen untuk melakukan perbaikan.

“Baik dalam kualitas pelayanan terhadap publik dan tentunya bagaimana kehadiran Polri di tengah masyarakat pada saat masyarakat membutuhkan, itu harus betul-betul dirasakan.”

Baca Juga: Ferdy Sambo Divonis Mati, Hakim: Terbukti Melakukan Pembunuhan Berencana terhadap Brigadir J

Antusiasme publik dalam mengikuti kasus tersebut, termasuk dukungan kepada Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu pun menjadi perhatian Kapolri.

Meski Richard kemudian dinyatakan terbukti bersalah karena ikut menembak Yosua, namun kata Kapolri, ia dianggap sebagai maskot oleh publik karena keberaniannya menyampaikan kejujuran.

“Tentunya nilai keberanian untuk menyampaikan kejujuran, keberanian untuk menolak perintah yang salah, ini tentunya harus dicontoh oleh seluruh anggota, sehingga ke depan kita betul-betul bisa menjaga nilai-nilai tersebut.”


 



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x