Kompas TV nasional kesehatan

Risiko Kematian akibat Kanker Tinggi, Kemenkes Dorong Masyarakat Deteksi Dini

Kompas.tv - 3 Februari 2023, 05:15 WIB
risiko-kematian-akibat-kanker-tinggi-kemenkes-dorong-masyarakat-deteksi-dini

Ilustrasi - Dalam upaya menekan risiko kematian akibat kanker, Kementerian Kesehatan mengingatkan pentingnya program deteksi dini. (Sumber: pixabay.com)

Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Vyara Lestari

Adapun untuk menekan kematian akibat kanker, Kementerian Kesehatan menjalankan program deteksi dini kanker serviks menggunakan metode inspeksi visual asam asetat atau IVA pada perempuan berusia 30 sampai 50 tahun atau perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Pemeriksaan menggunakan metode IVA dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat kemungkinan ada tanda-tanda kanker pada leher rahim atau serviks.

Selain itu, Pap Smear atau pemeriksaan pap bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini. Tes Pap Smear bisa dilakukan tiga tahun sekali hingga usia 65 tahun.

Kementerian Kesehatan tahun ini menguji penerapan metode deteksi kanker serviks melalui pemeriksaan HPV DNA, yakni prosedur untuk mendeteksi infeksi human papilloma virus atau HPV.

"Metode terbaru ini bisa menggunakan PCR yang kami miliki. Bulan ini kami uji coba di DKI Jakarta," kata Maxi.

Deteksi lambat bisa berakibat fatal

Sementara itu, ahli bedah onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Rian Fabian Sofyan turut menegaskan, lambatnya pendeteksian terjadi saat rentang waktu sebelum masuk rumah sakit.

Jika dalam 12 bulan tanpa penanganan, status kanker payudara dapat berubah menjadi ganas. Kanker akan mulai menyebar pada bagian lain tubuh pasien hingga tak jarang membuat peluang hidup mereka semakin turun.

Penyebab lambatnya penanganan pasien kanker dipengaruhi sejumlah faktor. Menurut Rian, pasien, dokter, dan sistem bisa menjadi faktornya.

Pasien biasanya takut untuk memeriksakan kondisi kesehatan, bisa karena ketidakmampuan ekonomi, kurang pemahaman terkait kanker payudara, dan pengaruh lingkungan sosial.

Dokter umum juga bisa jadi kurang mendapatkan pendidikan tentang kanker sehingga rekomendasi penanganan lamban.

Sementara, sistem alur rujukan terbilang panjang, mulai dari fasilitas kesehatan (faskes) primer, lalu ke faskes tingkat dua, selanjutnya baru bisa menuju faskes tingkat tiga.

Alur rujukan yang panjang ini memperlambat pola penanganan pasien.


 

 

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x