Kompas TV nasional peristiwa

Saksi Selamat Mengisahkan Detik-detik Kericuhan Kanjuruhan Malang dari Dalam hingga Luar Stadion

Kompas.tv - 2 Oktober 2022, 10:10 WIB
saksi-selamat-mengisahkan-detik-detik-kericuhan-kanjuruhan-malang-dari-dalam-hingga-luar-stadion
Aremania turun ke lapanangan buntut kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya 2-3, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. (Sumber: SURYAMALANG.COM/Purwanto)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Gading Persada

MALANG, KOMPAS.TV - Pertandingan lanjutan Liga 1 2022/2023 yang antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) kemarin memakan ratusan korban jiwa.

Insiden ini dipicu dari penonton yang berbondong-bondong turun ke lapangan, hingga respons petugas pengamanan terkait kejadian tersebut.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan selama pertandingan berlangsung tak ada masalah. Namun, permasalahan terjadi usai pertandingan berakhir.

Baca Juga: Mabes Polri Terjunkan Tim Khusus Identifikasi Korban Tragedi Kanjuruhan, 129 Orang Meninggal Dunia

"Penonton kecewa melihat tim Arema FC kalah. Apalagi ini sebelumnya Arema FC tidak pernah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir," jelas Kapolda dikutip dari Breaking News di Kompas TV, Minggu (2/10).

Nico melanjutkan para pendukung Arema turun ke lapangan untuk meminta penjelasan kepada tim karena kalah.

"Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya)," tutur Kapolda.

Kepolisian akhirnya memutuskan untuk menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang sudah memadati lapangan.

Akibatnya, para suporter berlarian menuju ke salah satu titik di Pintu 12, Stadion Kanjuruhan. Suporter yang panik membuat area itu mengalami penumpukan. 

"Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas," lanjut Nico.

Salah satu penonton yang selamat, Rezqi Wahyu, warga Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang mengutarakan kronologi insiden tersebut melalui akun Twitter-nya @RezqiWahyu_05, Sabtu (2/10).

Baca Juga: Ricuh Kanjuruhan Malang jadi Tragedi Sepak bola dengan Jumlah Korban Terbanyak Setelah Peru 1958

Rezqi mengatakan umumnya pertandingan berjalan lancar hingga akhir pertandingan. Saat jeda istirahat babak pertama, terdapat sedikit kericuhan di Tribun 12-13. Namun, kericuhan tersebut bisa diamankan oleh petugas.

"Kick off dimulai dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikit pun. Yang ada hanya suporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya," tulis Rezqi.

Ia berpendapat tragedi dimulai usai pertandingan berakhir. Para pemain, pelatih, hingga manajer Arema mendekati tribun bagian timur untuk memberikan gestur minta maaf kepada para suporter mereka.

Namun, satu orang suporter dari tribun selatan, nekat masuk ke lapangan dan mendekati tim.

"Di sisi lain, ada 1 orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka," lanjutnya.

Tindakan suporter tersebut rupanya diikuti oleh beberapa orang lain. Rezqi mengatakan mereka meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema.

"Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema, terlihat John Alfarizi mencoba memberi pengertian kepadan oknum-oknum tersebut," terang Rezqi.

Baca Juga: Biaya Gratis untuk Korban Luka Tragedi Kanjuruhan, Ditanggung Pemkab Malang dan Arema FC

Kondisi berubah ricuh usai semakin banyak orang yang turun ke lapangan. Kekecewaan para penonton dari berbagai sisi stadion mencuat.

"Di ikuti dengan lempar-lempar berbagai macam benda ke arah lapangan dan para suporter yang semakin tidak terkendali. Akhirnya pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib," katanya.

Rezqi mengatakan para suporter makin banyak yang masuk ke lapangan dan tak terkendali. Akhirnya petugas melakukan upaya untuk menghalau suporter tersebut.


 

Petugas berupaya tegas memukul mundur suporter yang terus merangsek dari berbagai sisi tribun. Menurut kesaksian Rezqi, beberapa suporter terkena pentungan aparat yang coba bertindak tegas.

Kondisi di stadion saat itu sudah tidak kondusif. Akhirnya petugas mengeluarkan beberapa kali gas air mata ke arah suporter yang masih berada di lapangan.

"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, disetiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di Tribun 10," ungkap Rezqi.

Baca Juga: Begini Detik-Detik Kericuhan Stadion Kanjuruhan Malang yang Sebabkan Ratusan Orang Meninggal Dunia

Para suporter menjadi panik akibat tembakan tersebut dan berusaha mencari pintu keluar. Penghubung keluar-masuk antara penonton tersebut tampak penuh sesak.

"Banyak ibu-ibu, wanita-wanita, orangtua, dan anak-anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya. Gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," lanjutnya.

Rezqi melanjutkan, ia melihat banyak suporter yang sudah terkapar dan pingsan. Sementara di luar stadion gas air mata kembali ditembakkan di sekitar Tribun 2.

"Kondisi luar Stadion Kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak suporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita. Supporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah," lanjutnya.

Baca Juga: 2 Jenazah Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan sudah Teridentifikasi dan Dibawa Pulang oleh Keluarga


129 orang dilaporkan meninggal dunia

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainuddin Amali menyebut insiden di Stadion Kanjuruhan tidak boleh dibiarkan dan harus diinvestigasi, Minggu (2/10).

Pernyataan Zainuddin tersebut disampaikan menanggapi kerusuhan yang terjadi di Satdion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10) usai laga Arema FC vs Persebaya.

Menurut Menpora, berdasarkan informasi yang diterimanya, ada sebagian supoter atau pendukung dari klub yang kalah dan tidak bisa terima kekalahan itu.

Kemudian mereka melampiaskan kekesalan dan kemarahan, dan akhirnya terjadilah tragedi yang menewaskan 129 orang ini, termasuk dua anggota Polri.

“Tentu ini harus diinvestigasi, tidak boleh dibiarkan, ini harus kita investigasi, dan harus ini menjadi yang terakhir, karena ini korbannya besar,” kata Zainuddin dalam Breaking News di Kompas TV, Minggu (2/10) pagi.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x