Kompas TV nasional politik

PARA Syndycate Sebut Jokowi Syndrome Bayangi Pemilu 2024: 7 Presiden RI Tak Pernah Punya Style Sama

Kompas.tv - 31 Agustus 2022, 15:41 WIB
para-syndycate-sebut-jokowi-syndrome-bayangi-pemilu-2024-7-presiden-ri-tak-pernah-punya-style-sama
Diskusi Media Para Syndicate. Ari Nurcahyo (kiri), Direktur Eksekutif PARA Syndicate, menyebut bahwa berdasarkan catatan, tujuh Presiden Republik Indonesia tidak pernah memiliki gaya yang sama. (Sumber: Tangkapan latar YouTube)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Ari Nurcahyo, Direktur Eksekutif PARA Syndicate, menyebut bahwa berdasarkan catatan, tujuh Presiden Republik Indonesia tidak pernah memiliki gaya yang sama.

Penjelasan itu disampaikan Ari menanggapi isu Jokowi Syndrome yang membayang-bayangi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Menurutnya, saat ini ada sindrom Jokowi dan sindrom hasil survei, yang beranggapan seakan-akan calon kandidat yang elektabilitasnya tinggi sudah pasti akan diusung oleh partai politik.

“Tujuh presiden yang pernah ada, tidak punya style yang sama. Apakah misalnya pengganti Pak Jokowi stylenya harus sama dengan Pak Jokowi? Siklusnya tidak pernah sama,” kata dia dalam Diskusi Media: "Mencari Capres Alternatif dan Membaca Arah Koalisi", Rabu (31/8/2022).

Baca Juga: Gerindra Akan Diskusi dengan Cak Imin Soal Usulan Prabowo-Puan di Pilpres 2024

Menurutnya, saat ini ada pihak yang membanding-bandingkan sosok kandidat calon presiden yang dianggap memiliki kesamaan dengan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).

“Apakah akan berulang  dalam sejarah tujuh presiden itu, tidak. Figurnya, stylenya, gayanya, bentuk fisiknya, hobinya, mungkin alumninya, kan dikait-kaitkan.”

Dalam diskusi itu, Ari juga menjelaskan mengenai kemungkinan klaster koalisi. Menurutnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendiri.

“Tetapi, hemat saya, PDIP tidak akan maju sendiri, pasti akan menggandeng partai lain.”

“Karena, apa pun kekuatan komposisi pemerintahan di parlemen itu perlu perimbangan kekuasaan sehingga tidak akan sendiri,” dia menjelaskan.

Saat ini lanjut dia, masih ada tiga parpol yang berada di klaster bebas atau tanpa koalisi, yakni Nasdem yang sudah ditemui oleh PDI Perjuangan, serta Partai Demokrat dan PKS.

Ia menyebut Demokat dan PKS belum diketahui nasibnya dalam arah koalisi ke depan seperti apa.

“Kalau Demokrat dan PKS bergabung, itu hanya 104 kurasi, belum mencukupi 115 kursi, sehingga belum bisa.”



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x