Kompas TV nasional kesehatan

Sering Menirukan Gejala Penyakit, Itu Gangguan Mental Serius

Kompas.tv - 5 Oktober 2021, 16:48 WIB
sering-menirukan-gejala-penyakit-itu-gangguan-mental-serius
Ilustrasi orang yang bertindak seolah-olah memiliki gangguan atau penyakit fisik maupun psikologis. (Sumber: Istock via Kompas.com)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Vyara Lestari

Menurut informasi dari Cleveland Clinic, ada dua jenis factitious disorder yang kerap terjadi, yaitu:

1. Gangguan Buatan pada Diri Sendiri

Penderita factitious disorder jenis ini menirukan atau memalsukan tanda dan gejala penyakit psikologis atau fisik pada dirinya sendiri.

Contoh gangguan buatan jenis ini adalah menirukan perilaku khas dari penyakit mental, misalnya skizofrenia. Orang tersebut mungkin tampak bingung, membuat pernyataan yang tidak masuk akal, dan melaporkan halusinasi (pengalaman merasakan hal-hal yang tidak ada).

2. Gangguan Buatan pada Orang Lain

Penderita factitious disorder jenis ini mengarang gejala penyakit pada pihak lain yang ada di bawah perawatan mereka, misalnya anak-anak, orang lanjut usia, difabel, atau hewan peliharaan.

Gejala Factitious Disorder:

  • Berbohong tentang gejala.
  • Meniru gejala penyakit tertentu.
  • Menyakiti diri sendiri untuk gejala.
  • Mengubah tes diagnostik (seperti mencemari sampel urin atau merusak luka untuk mencegah penyembuhan).
  • Bersedia menjalani tes dan operasi yang menyakitkan atau berisiko untuk mendapatkan perhatian khusus.

Baca Juga: Waspada! Instagram Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Sebagian besar orang yang mengalami kondisi ini tidak percaya bahwa mereka memiliki gangguan buatan. Bahkan, mereka mungkin tidak menyadari penyebab mereka menirukan gejala peyakit.

Sebagian orang dengan factitious disorder mungkin juga menderita gangguan mental lainnya, terutama gangguan kepribadian atau identitas.

Ciri Khas Factitious Disorder:

  • Riwayat medis yang dramatis tetapi tidak konsisten.
  • Gejala tidak jelas yang tidak dapat dikendalikan, menjadi lebih parah atau berubah.
  • Kekambuhan yang tidak dapat diprediksi setelah perbaikan kondisi.
  • Kehadiran banyak bekas luka bedah.
  • Munculnya gejala baru atau tambahan setelah hasil tes negatif.
  • Kehadiran gejala hanya ketika pasien sendirian atau tidak diamati.
  • Kesediaan atau keinginan untuk menjalani tes kesehatan, operasi, atau prosedur lainnya.
  • Keengganan pasien untuk mengizinkan profesional kesehatan bertemu atau berbicara dengan anggota keluarga, teman, dan penyedia layanan kesehatan sebelumnya.
  • Pasien tiba-tiba menjadi lebih sakit saat mereka akan keluar dari rumah sakit.

Pengidap factitious disorder harus menjalani psikoterapi (sejenis konseling) sebagai perawatan utama.

Perawatan kemungkinan akan fokus pada perubahan pemikiran dan perilaku individu dengan gangguan, seperti terapi kognitif-perilaku.




Sumber : Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x