Kompas TV nasional kesehatan

Hati-hati! 5 Kalimat Ini Bisa Jadi Toxic Positivity dalam Sebuah Hubungan

Kompas.tv - 2 Oktober 2021, 16:51 WIB
hati-hati-5-kalimat-ini-bisa-jadi-toxic-positivity-dalam-sebuah-hubungan
Ilustrasi toxic positivity. (Sumber: Pexels.com)
Penulis : Aryo Sumbogo | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tanpa sadar, dalam sebuah hubungan, tak jarang ada satu pihak atau lebih yang memiliki sikap cerminan toxic positivity.

Psikolog Prita Yulia Maharani pernah menjelaskan, toxic positivity itu adalah sebuah dorongan terhadap diri agar tidak terpengaruh emosi negatif dengan memaksa emosi positif untuk terus keluar.

"Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu diterima agar tidak menumpuk," kata Prita, dilansir dari Kompas.com.

Menurut Prita, berbagai keluh kesah dengan sahabat ataupun keluarga itu sah-sah saja, karena dapat mengurangi beban pikiran.

Baca Juga: Ciri-ciri Toxic Relationship dan Cara Menghindarinya

Tapi, hal tersebut mesti dibarengi dengan respons yang tepat pula. Jangan karena tidak paham betul dengan masalahnya atau buntu mencari solusi yang bagus, lantas diselesaikan dengan kata-kata penyemangat yang semestinya tidak perlu.

"Kata-kata ini terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena (masalahnya) tidak tervalidasi," jelas Prita.

Oleh sebab itu, Prita menyarankan, untuk selalu menempatkan empati atau memahami kondisi secara utuh saat ada orang yang tengah curhat.

Lebih lanjut, berikut lima contoh kata penyemangat yang sering jadi toxic positivity, sehingga perlu dihindari agar tak menjadi bumerang bagi sebuah hubungan.

Baca Juga: Terjerat dalam Toxic Relationship? Psikolog Universitas Brawijaya Beri Solusi

1. "Masih ada yang lebih susah daripada kamu."

Karena ungkapan semacam ini, teman atau kerabat yang sedang bercerita bisa semakin merasa dikecilkan masalahnya.

Padahal, pendengar yang demikian belum tentu tahu seberapa besar usaha dan rintangan yang dhadapi pencerita saat menemui masalah yang dibaginya.

Jadi, alangkah baiknya ganti saja ungkapan itu dengan yang lebih menenangkan, seperti "Aku bisa melihat dan merasakan betapa susahnya kamu berjuang menghadapi semuanya."



Sumber : Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x