Kompas TV nasional peristiwa

IDAI Laporkan 37 Ribu Anak Terpapar pada Gelombang Pertama Covid-19, Kasus Terbanyak di Jabar

Kompas.tv - 26 September 2021, 23:33 WIB
idai-laporkan-37-ribu-anak-terpapar-pada-gelombang-pertama-covid-19-kasus-terbanyak-di-jabar
ilustrasi covid-19 (Sumber: kompas.com)
Penulis : Isnaya Helmi | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan sebanyak 37.706 anak di Indonesia terkonfirmasi positif Covid-19.

Ketua Umum IDAI, dr Aman Pulungan menyebut laporan Covid-19 tersebut berdasarkan data pada rentang Maret-Desember 2020, tepatnya pada saat Tanah Air tengah menghadapi gelombang pertama Covid-19. 

Hasil penelitian IDAI itu kemudian dipublikasikan di jurnal ilmiah Frontiers in Pediatrics yang terbit pada 23 September 2021.

"Berdasarkan studi retrospektif dari data berdasarkan laporan kasus Covid-19 pada anak yang dirawat oleh dokter anak yang tergabung dalam IDAI selama Maret-Desember 2020, didapatkan 37.706 kasus anak terkonfirmasi Covid-19," kata Aman dalam keterangannya, Minggu (26/9/2021). 

Lebih lanjut dia menuturkan laporan riset IDAI menunjukkan 10 daerah di Indonesia dengan kasus anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak.

Di mana menurut data tersebut, Jawa Barat (Jabar) menjadi provinsi tertinggi terkait kasus Covid-19 pada anak.

Baca Juga: Survei Penanganan Covid-19, Indikator Politik Indonesia: Masyarakat Tak Setuju Vaksinasi Berbayar

Adapun rinciannya sebagai berikut, Jawa Barat dengan angka 10.903 kasus, kemudian Riau 3.580 kasus, Jawa Tengah dengan 3.108 kasus, Sumatra Barat ada 2.600 kasus.

Lalu Kalimantan Timur dengan angka 2.033 kasus, Jawa Timur yakni 1.884 kasus, Bali ada 1.524 kasus, Sumatra Utara 1.448 kasus, DI Yogyakarta dengan 1.275 kasus, dan Papua sebanayak 1.220 kasus. 

Pada kesempatan itu, IDAI juga menyebutkan ada tujuh daerah dengan kasus kematian anak terkonfirmasi Covid-19 terbanyak, yaitu Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatra Selatan, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan.

Merujuk dari data tersebut, IDAI juga mencatatat di antara anak-anak terkonfirmasi Covid-19 yang ditangani oleh dokter anak, angka kematian tertinggi pada anak usia 10-18 tahun sebanyak 26 persen.

Kemudian diikuti usia 1-5 tahun sebanyak 23 persen, anak usia 29 hari-kurang dari 12 bulan sebanyak 23 persen, anak usia 0-28 hari sebanyak 15 persen, dan usia 6 tahun sampai kurang dari 10 tahun sebanyak 13 persen.

"Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus Covid-19 anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid-19. Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tata laksana yang cepat dan tepat," ujarnya menegasakan. 

Baca Juga: Cegah Gelombang Ketiga Covid-19, Epidemiologi Beri Saran Ini ke Pemerintah

Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI dr Hikari Ambara Sjakti menyebut melalui laporan tersebut, didapatkan case fatality rate (CFR) Covid-19 pada anak di RI, yakni 522 kematian dari 35.506 kasus suspek (CFR 1,4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus terkonfirmasi (CFR 0,46 persen).

Laporan hasil riset IDAI itu menyebutkan CFR Covid-19 anak di RI jauh lebih tinggi dibanding di negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, kemungkinan disebabkan kapasitas pemeriksaan (testing) yang rendah sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi.

"Laporan tersebut juga mengungkapkan penyebab kematian anak akibat Covid-19 terbanyak dikarenakan faktor gagal napas, sepsis/syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid)," jelas Hikari.

Sementara komorbid terbanyak pada anak Covid-19 yang meninggal, lanjut dia, adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun. Sementara 62 anak meninggal tanpa komorbid.

IDAI juga menuturkan pada waktu yang sama Kementerian Kesehatan menerbitkan data ada 77.254 kasus anak terkonfirmasi Covid-19 dari total kasus 671.778.

Adanya perbedaan jumlah tersebut, terjadi karena di penelitian ini yang terdata hanyalah kasus yang ditangani oleh dokter anak, sementara Kemkes juga masukkan data dari anak yang tidak bergejala dan hasil telusur kontak.

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x