JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa banyak masalah yang dihadapi saat operasi pemulangan atau evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Afghanistan.
Menurut dia, proses evakuasi WNI dari Afghanistan dirancang dan dipersiapkan dengan secara hati-hati dan low key.
"Rencana evakuasi ini dirancang dan dipersiapkan dengan matang selama beberapa hari secara hati-hati dan low key," kata Retno saat jumpa pers, usai menyaksikan langsung pendaratan pesawat TNI AU yang mengangkut puluhan WNI dari Afghanistan, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.
Dia menyebut bahwa kehati-hatian dan sifat low key ini diperlukan mengingat adanya dinamika lapangan yang sangat tinggi dan situasi yang 'sangat cair'.
"Semua kehati-hatian ini harus kita lakukan demi keselamatan WNI dan evacuee lainnya serta demi kelancaran misi evakuasi secara keseluruhan," terang Retno.
Baca Juga: Panglima TNI: Evakuasi WNI di Kabul Banyak Masalah di Lapangan yang Kami Hadapi
Izin Lintas Udara Rumit
Lebih lanjut, pemerintah memutuskan menggunakan pesawat militer untuk memulangkan 26 WNI di Afghanistan demi memastikan keamanan dan keselamatan.
Pesawat TNI Angkatan Udara itu berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma pada 18 Agustus 2021, sekitar pukul 06.00 WIB.
Rute yang ditempuh pesawat untuk mencapai Kabul, Afghanistan, yaitu Jakarta, Aceh, Kolombo di Sri Lanka, Karachi di Pakistan, Islamabad di Pakistan, dan Kabul tepatnya di Bandara Hamid Karzai, Afghanistan.
Menurut Retno, kerumitan yang dihadapi oleh tim evakuasi untuk mengurus izin lintas udara dan izin pendaratan di Bandara Hamid Karzai, Kabul.
Izin pendaratan sempat diberikan pada 19 Agustus 2021 pukul 04.10, tetapi izin itu ditarik oleh otoritas setempat karena situasi yang tidak kondusif.
Izin pendaratan pun diberikan oleh otoritas di Kabul pada 20 Agustus dini hari dan pesawat TNI AU mendarat di Bandara Hamid Karzai pada 05.17 waktu setempat.
"Proses evakuasi mulanya direncanakan berlangsung selama 30 menit, tetapi operasi itu pun berjalan selama dua jam," ungkap Retno Marsudi.
Pesawat TNI AU pun menempuh rute yang sama sampai akhirnya tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (21/8/2021) sekitar pukul 03.30 WIB.
Baca Juga: Indonesia Penuhi Permintaan Filipina Angkut Warganya dalam Misi Evakuasi dari Kabul Afghanistan
Tiba di Indonesia
Pada kesempatan itu, Retno juga bersyukur seluruh WNI yang dievakuasi dari Afghanistan dapat mendarat dengan selamat di Tanah Air.
"Alhamdulillah pada dini hari ini, WNI dari Afghanistan telah berhasil kita evakuasi dan baru saja tiba dengan selamat di Jakarta," ucapnya.
"Semua evacuee dan seluruh anggota tim evakuasi akan langsung menjalani protokol kesehatan sesuai aturan ketibaan dari luar negeri," imbuh Retno.
Retno menjelaskan, 26 WNI tersebut terdiri dari 16 staf KBRI Kabul dan 10 WNI non staf KBRI.
Sementara 7 warga negara non WNI yang turut dibantu pemerintah Indonesia untuk keluar dari negara tersebut, terdiri dari 5 warga negara Filipina dan 2 warga negara Afghanistan (Suami dari WNI dan staf lokal KBRI).
Hal senada dikatakan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang berdiri di samping Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Panglima TNI mengakui banyak masalah yang dihadapi oleh tim evakuasi saat operasi.
Oleh karena itu, ia berterima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan oleh para pihak, sehingga operasi evakuasi WNI itu berhasil dilakukan.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan doa dari seluruh masyarakat Indonesia atas keberhasilan misi evakuasi WNI di Kabul yang tidak ringan, karena banyak masalah di lapangan yang kami hadapi, dinamika yang kami hadapi. Namun, semua bisa dilaksanakan dengan baik berkat kerja sama antarkementerian dan lembaga, sehingga operasi ini bisa berjalan dengan aman dan lancar,” ujar Panglima TNI.
Misi Diplomatik Dipindah ke Islamabad
Sebelumnya, pasca pendudukan Taliban atas ibu kota Kabul sejak Minggu (15/8/2021), mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat memastikan, Taliban menjamin tak akan mengusik KBRI Indonesia di Kabul, Afghanistan.
Namun, perkembangan situasi di lapangan tampaknya kurang menjanjikan, dengan adanya laporan aksi kekerasan Taliban di sejumlah wilayah di Afghanistan.
Perkembangan situasi keamanan Afghanistan itu membuat Indonesia kemudian memutuskan untuk memindahkan operasional KBRI Kabul ke negara tetangga, Pakistan.
“Untuk sementara, operasi KBRI Kabul dilakukan dari Islamabad,” terang Retno menyebut ibu kota Pakistan di timur Afghanistan. Islamabad berjarak sekitar 471 kilometer dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam menggunakan pesawat.
Lebih lanjut Retno memaparkan, misi diplomatik yang dipindahkan dari Kabul ke Islamabad itu terdiri dari tim kecil yang terdiri dari 4 orang.
Keempat anggota tim kecil itu terdiri dari satu orang Kuasa Usaha sementara dan tiga orang staf rumah tangga. Mereka, kata Retno, akan menjalankan misi (diplomatik) Kabul dari Islamabad.
“Tim kecil ini akan terus melakukan assessment (penilaian) situasi Afghanistan setiap hari dan menentukan langkah selanjutnya,” pungkas Retno.
Baca Juga: Afghanistan Memanas Lagi, Pasukan Anti-Taliban Rebut Tiga Distrik di Utara
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.