Kompas TV nasional update corona

Kasus Harian Salip India, Begini Skenario Terburuk Indonesia Hadapi Lonjakan Covid-19

Kompas.tv - 9 Juli 2021, 10:16 WIB
kasus-harian-salip-india-begini-skenario-terburuk-indonesia-hadapi-lonjakan-covid-19
Rumah sakit dan tenaga medis kewalahan merawat pasien akibat lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini. Pada Kamis (24/6/2021) Indonesia mencetak rekor terbaru dengan 20.574 kasus harian Covid-19. (Sumber: KompasTV/Ant)
Penulis : Hedi Basri | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Jumlah kasus harian positif Covid-19 di Indonesia per Kamis (8/7/2021) kemarin menyalip India dan kembali naik ke posisi kedua terbesar di dunia.

Menurut laporan Satgas Penaganan Covid-19 yang diterima KOMPAS TV, Jumat (9/7/2021), penambahan kasus infeksi harian Covid-19 di Indonesia kemarin mencapai 38.391 orang.

Angka tersebut membuat total keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 2.417.788 orang, dan 1.994.573 pasien dinyatakan sembuh (bertambah 21.185) dan 63.760 meninggal (bertambah 852).

Baca Juga: Sistem Kesehatan Tunisia Ambruk Akibat Covid-19

Tiga hari sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, selama dua pekan ke depan merupakan masa kritis bagi Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19.

Itu dikarenakan kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi akan terus mengalami kenaikan dan melampaui 40 ribu kasus baru dalam sehari. "Angka ini bisa akan terus naik seperti hari kemarin 29.000, bisa saja mungkin nanti kita sampai ke 40.000 atau pun lebih," ujar Luhut dalam konferensi pers daring yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (6/7/2021).

Seandainya situasi Covid-19 di Indonesia benar-benar jatuh ke situasi terburuk itu, kata Luhut, pemerintah telah menyiapkan berbagai skenario. Dengan menambah jumlah fasilitas kesehatan.

Bahkan, lanjut dia, pemerintah telah menambah stok oksigen yang didatangkan dari berbagai wilayah, seperti Morowali, Cilegon, dan Batam.

Perihal obat-obatan, kata Luhut, pemerintah akan memastikan ketersediaannya, termasuk paket obat ringan untuk pasien isolasi mandiri. Termasuk membuka peluang bantuan dari negara tetangga seperti Singapura dan China.

Luhut meminta masyarakat tak khawatir terkait hal ini. Juga jangan meremehkan terhadap berbagai upaya yang tengah dilakukan pemerintah.

"Jadi semuanya kekuatan kita kerahkan, jadi jangan ada yang menganggap underestimate bahwa Indonesia ini tidak bisa mengatasi masalah," kata Luhut.

Baca Juga: Rekor Lagi! Kasus Covid-19 Indonesia 8 Juli Sebanyak 38.391 Kasus, DKI Jakarta Hampir 13.000 Kasus

 

Seperti diketahui, bahwa virus corona varian Delta, varian Delta atau B.1.617.2 yang ditemukan di India, mulai tercatat hadir di Indonesia, dan menjadi salah satu pemicu lonjakan kasus positif Covid-19 di Tanah Air. 

Masuknya ratusan WN India pada akhir April 2021 seperti menjadi penanda bahwa Indonesia belum benar-benar memperhatikan pintu masuk, terutama memantau warga negara asing yang masuk dari wilayah yang menjadi perhatian dunia seperti India.

Sebab, penularan varian Delta di Indonesia terjadi dari mereka yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri dan sebagian kasus akibat transmisi lokal.

Awalnya virus ini terdeteksi di Jakarta. Saat itu ditemukan dua kasus. Lalu kemudian varian Delta juga ditemukan di  Kabupaten Kudus, Kabupaten Bangkalan hingga mendominasi di sejumlah wilayah di Indonesia saat ini.

Dari catatan Kementerian Kesehatan per 6 Juli 2021, ada 436 kasus varian Delta di Indonesia.

Saat ini, seperti dilansir dari Kompas.com, varian Delta merupakan yang paling mendominasi di Indonesia dibandingkan dengan varian Alpha, Beta, Eta, Iota maupun Kappa.

Dominasi varian Delta ini disebabkan karena varian tersebut memiliki kemampuan menular yang sangat tinggi dibandingkan dengan varian lainnya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Penyintas Tergerak Donorkan Plasma Darah Konvalesen

Kata para pakar kesehatan, seharusnya penularan varian Delta termasuk varian lainnya di Indonesia bisa dicegah bila sejak awal pemerintah memperketat pintu keluar masuk Indonesia.

Menurut ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, pemerintah harus mampu memperkuat skrining di setiap pintu masuk.

"Itu (penutupan pintu masuk) tidak mengharuskan ditutup, tapi yang dilakukan adalah penguatan skrining di pintu masuk yang selama ini Indonesia lengah dan lemah karena regulasinya yang saya kritik dari awal," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Dicky mengatakan, durasi karantina bagi pelaku perjalanan dari luar negeri idealnya 14 hari, ditambah 7 hari khusus untuk pelaku perjalanan dari negara yang terdeteksi varian Delta dan Alpha.

Dicky Budiman menambahkan, bahwa dengan dominasi varian Delta di Indonesia, kita harus lebih bersiap terhadap lonjakan kasus yang diperkirakan memuncak di Jawa sekitar pertengahan Juli 2021.

"Pemerintah harus merespons data ini dengan benar. Pengalaman di banyak negara, untuk meresponsnya harus perkuat respons, apa pun vaksin harus dipercepat untuk mengurangi jumlah orang berpotensi jadi berat jika terinfeksi walaupun tetap bisa tertular,” pungkasnya.

Baca Juga: Ledakan Kasus yang Terjadi di India Dapat Dipelajari Untuk Indonesia | SATU MEJA THE FORUM (3)



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x