Kompas TV nasional wisata

Sound of Borobudur: Upaya Kemenparekraf untuk Gelorakan Kembali Pariwisata

Kompas.tv - 7 Juni 2021, 23:08 WIB
sound-of-borobudur-upaya-kemenparekraf-untuk-gelorakan-kembali-pariwisata
Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi wisata favporit di Jawa Tengah (Sumber: ATW)
Penulis : Aryo Sumbogo | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Guna mengembalikan gairah pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bakal menggelar Internasional Conference Sound of Borobudur pada 24 hingga 25 Juni 2021.

Dengan menggandeng Yayasan Padma Sada Svargantara dan Harian Kompas, kegiatan tersebut termasuk ke dalam salah satu dari serangkaian kegiatan internasional lima destinasi super prioritas, yang diinisiasi Kemenparekraf dari bulan Juni hingga November 2021.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf Rizki Handayani Mustafa menjelaskan, Sound of Borobudur adalah sumber pengetahuan lewat musik.

"Musik merupakan bahasa universal yang menggali nilai-nilai di dalam Candi Borobudur. Dengan musik pula kita mendorong pariwisata berbasis budaya sebagai upaya pelestarian warisan yang berkelanjutan," ucap Rizki dalam konferensi pers pre-event Sound of Borobudur, Senin (7/6/2021).

Baca Juga: Budayawan Ingatkan Sosialisasi BLU Borobudur ke Masyarakat Pariwisata

Rencananya, agenda internasional tersebut akan diisi oleh sejumlah musisi dari dalam negeri dan 10 negara lain di Asia.

Para musisi tersebut nantinya akan berkolaborasi untuk memainkan berbagai jenis alat musik yang tergambar pada relief Candi Borobudur.

Lalu, ada juga seminar bersama para pakar untuk menggali kolaborasi dan mini eksebisi dari 10 UMKM di kawasan Borobudur.

Termasuk untuk memamerkan dan menawarkan keunikan, kekhasan, dan produk unggulan lokal.

"Dengan adanya acara International Conference diharapkan bisa kembali membangkitkan daya tarik pariwisata yang ada di kawasan Candi Borobudur,” kata Rizki.

Baca Juga: Gugus Tugas Covid-19 Jawa Tengah Tolak Penambahan Kuota Wisatawan Candi Borobudur

Tak lupa, Rizki menambahkan, Sound of Borobudur kali ini juga berkomitmen untuk memberikan rasa percaya diri kepada para pelaku sektor pariwisata.

Upaya itu penting, karena supaya dapat membangkitkan kembali kegiatan pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE.

Teruatama di lima destinasi wisata, seperti Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo.

Dewan Pakar Sound of Borobudur sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (UI) Prof Melani Budianta PhD mengatakan, Candi Borobudur tak hanya sekadar batu atau tempat untuk swafoto.

Namun, katanya, Candi Borobudur adalah sebuah lumbung ilmu pengetahuan dan lumbung budaya, yang bisa digali dari relief-relief Candi Borobudur.

“Dengan masuk di satu dimensi saja sudah begitu banyak pengetahuan dan gerak yang bisa dilakukan, multi dimensi dari segi penggalian musiknya, jejaringnya, ajakannya memanggil orang untuk mengeksplorasi," kata Melani Budianta.

Baca Juga: Perayaan Tri Suci Waisak di Candi Borobudur Ditiadakan Karena Pandemi

Sebelumnya, dalam seminar 'Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia' pada 7 hingga 9 April 2021, Melani Budianta sempat menjelaskan, ada beberapa temuan menarik di relief Candi Borobudur.

Salah satunya yakni temuan 200 jenis alat musik, yang kemudian membuktikan bahwa Borobudur adalah sumber data artefaktual tertua yang terbanyak menggambarkan orkestrasi musik yang beragam.

Selanjutnya, ditemukan pula 44 panel di Candi Borobudur yang menunjukkan aspek-aspek musik.

Pemusik Purwacaraka pun menuturkan, dengan berbagai temuan alat musik di Candi Borobudur harusnya bisa mempertahankan aset tersebut.

“Sekarang waktunya semua sadar, aset-aset ini dapat dipertahankan dan dikembangkan melalui kajian sejarah, antropologi, seni tradisi, sosial budaya hingga tentunya dari aspek pariwisata harus bisa bersinergi," kata Purwacaraka.

"Sudah saatnya juga fakta peradaban ini dikenalkan ke dalam dunia pendidikan sebagai suatu aset bangsa," imbuhnya.

Terakhir, ia juga berharap konferensi internasional tersebut bisa mengubah sudut pandang masyarakat terhadap Candi Borobudur.

“Sudah waktunya juga kita mengubah cara perilaku pengunjung Candi Borobudur dari hanya sekadar selfie menjadi sebuah perilaku yang lebih maju bagaimana kita mamaknai pariwisata candi," tutur Purwacaraka.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x