Kompas TV nasional sosok

Mengenang Sastrawan Ramadhan KH, Lahir dan Meninggal Pada 16 Maret

Kompas.tv - 16 Maret 2021, 05:00 WIB
mengenang-sastrawan-ramadhan-kh-lahir-dan-meninggal-pada-16-maret
Ramadhan KH (Sumber: Kultural.id)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV-  Ramadan Karta Hadimadja atau yang lebih dikenal dengan nama Ramadhan KH, adalah sastrawan Indonesia dengan sejumlah karya yang masih dikagumi sampai saat ini. Dia lahir pada 16 Maret 1927 di Bandung dan meninggal pada 16 Maret 2006 di Cafe Town, Afrika Selatan.

Ramadhan pernah bekerja selama 13 tahun sebagai wartawan Antara dan juga sekaligus sebagai sastrawan. Ia banyak menulis puisi, cerpen, novel, biografi, dan menerjemahkan serta menyunting.

Salah satu kumpulan puisinya,  "Priangan Si Djelita" yang diterbitkan pada 1956, ditulis saat Ramadan kembali ke Indonesia dari perjalanan di Eropa pada 1954. Kala itu, ia menyaksikan tanah kelahirannya, Jawa Barat, sedang bergejolak akibat berbagai peristiwa separatis. Kekacauan sosial politik itu mengilhaminya menulis puisi-puisi tersebut.

Baca Juga: 11 Maret 1966: Sejarah Supersemar, Surat Sakti yang Mampu Buat Soeharto Gulingkan Soekarno

Salah satu petikan puisinya, berikut ini: 

Harum madu
di mawar merah,
mentari di tengah-tengah.

Berbelit jalan
ke gunung kapur,
antara Bandung dan Cianjur.

Dan mawar merah
gugur lagi,
sisanya bertebaran
di kekeringan hati

Namun, Ramadhan kemudian lebih dikenal sebagai penulis biografi sejumlah tokoh. Awalnya, ayah dari penabuh drum Gilang Ramadhan, ini menulis biografi kisah cinta Presiden Soekarno dan isterinya, Inggit Garnasih yang diberi judul "Kuantar ke Gerbang".

Dari biografi inilah, orang dekat Presiden Soeharto dan juga  Kepala Mass Media Sekretariat Negara di Jakarta, Gufran Dwipayana,  terpikat untuk menuliskan biografi presiden kedua itu. Maka lahirlah buku "Soeharto pikiran, ucapan, dan tindakan saya: otobiografi (1988)".

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun, Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Indonesia yang Lahir 6 Februari 1925

Dia juga menulis biografi sejumlah tokoh seperti "A.E. Kawilarang - untuk Sang Merah Putih: pengalaman, 1942- 1961 (1988)",  "Bang Ali demi Jakarta (1966-1977)",  "Hoegeng, polisi idaman dan kenyataan: sebuah autobiografi  yang ditulis bersama dengan Abrar Yusra (1993) dan "Soemitro, mantan Pangkopkamtib: dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib (1994) serta "Gobel, Pelopor Industri Elektronika Indonesia dengan Falsafah Usaha Pohon Pisang (1994).

Meski dalam usia yang sudah tidak muda lagi, Ramadhan masih bisa menulis novel yang diberi judul, "Ladang Perminus" terbit pada 1990, yang mengisahkan korupsi di perusahaan minyak. Sepanjang hidupnya, Ramadhan mengabdikan hidup pada dunia sastra dan jurnalistik.   


 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x