Kompas TV lifestyle tren

Penjelasan Greenflation atau Inflasi Hijau yang Disebut Gibran, Ini Bedanya dengan Ekonomi Hijau

Kompas.tv - 23 Januari 2024, 07:42 WIB
penjelasan-greenflation-atau-inflasi-hijau-yang-disebut-gibran-ini-bedanya-dengan-ekonomi-hijau
Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menyebut greenflation atau inflasi hijau dalam debat cawapres kedua di JCC, Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024) malam. (Sumber: Tangkapan layar tayangan KOMPAS TV)
Penulis : Dian Nita | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Istilah greenflation atau inflasi hijau sempat disebut calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka saat debat keempat capres-cawapres, Minggu (21/1/2024).

Gibran mengucapkan greenflation saat memberikan pertanyaan kepada cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.

"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Ini adalah inflasi hijau," tanya Gibran.

Menanggapi pertanyaan Gibran, Mahfud MD lantas menjawab dengan menjelaskan soal ekonomi hijau.

"Ekonomi hijau itu adalah ekonomi sirkuler ya, di mana sebuah proses pemanfaatan produk ekonomi pangan atau apa produksi apa pun diproduksi kemudian dimanfaatkan, di-recycle," jelasnya.

Jawaban Mahfud MD itu pun disalahkan oleh Gibran. Pasangan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto itu heran Mahfud MD justru menjelaskan ekonomi hijau saat ditanya masalah inflasi hijau.

Baca Juga: Mahfud Sebut Pertanyaan Gibran soal Inflasi Hijau Recehan: Tidak Ada Gunanya Menjawab

"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud, saya nyari-nyari di mana ini jawabannya kok nggak ketemu jawabannya. Saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau," katanya.

Gibran kemudian menyatakan transisi menuju energi hijau harus dilakukan dengan hati-hati. Menurutnya, biaya riset dan pengembangan energi hijau yang mahal tidak boleh dibebankan ke rakyat. 

Apa Itu Greenflation atau Inflasi Hijau?

Melansir laman dewan sekolah bisnis dunia yang peduli pada isu lingkungan cobsinsight.org, Selasa (23/1), green inflation atau greenflation atau inflasi hijau adalah kenaikan harga barang dan jasa (inflasi) sebagai konsekuensi transisi perekonomian saat ini ke perekonomian yang lebih hijau, yaitu perekonomian net-zero.

Inflasi hijau belum ditetapkan secara pasti dan masih menjadi bahan perdebatan di kalangan ekonom.

Inflasi hijau ini sangat mungkin terjadi dalam jangka panjang, seiring dengan upaya negara di dunia untuk memenuhi komitmen terhadap lingkungannya.

Namun demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua kenaikan harga disebabkan oleh inflasi hijau.

Baca Juga: Dengar Jawaban Mahfud Soal Greenflation di Debat Cawapres, Gibran: Enggak Ketemu Jawabannya

Greenflation ini tercermin dalam kenaikan harga beberapa komoditas, misalnya disebabkan karena permintaan yang kuat akan material yang diperlukan untuk transisi ramah lingkungan dan pasokan yang tidak mampu memenuhi permintaan tersebut.

Melansir Kompas.com, fenomena greenflation terjadi ketika perubahan iklim dan upaya untuk menjaga lingkungan justru membuat biaya dan harga bahan baku yang dikeluarkan untuk menciptakan energi hijau menjadi lebih mahal.

Greenflation juga dapat terjadi akibat beberapa tindakan. Misalnya, perubahan iklim mengganggu rantai pasokan bahan sehingga menekan harga.

Contoh lain seperti permintaan terhadap energi terbarukan, kendaraan listrik, juga baterai yang tidak diimbangi dengan pasokan produknya.

Perbedaan Inflasi Hijau dan Ekonomi Hijau

Berbeda dengan inflasi hijau, green economy atau ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial  masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.

Melansir laman Kementerian ESDM, ekonomi hijau ini dapat juga diartikan perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbondioksida terhadap  lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.

Baca Juga: Momen Gibran Bolak-balik Sebut Nama Tom Lembong di Debat Cawapres

Perbedaan ekonomi hijau dibanding gagasan ekonomi lainnya adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya

Biaya yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban kesatuan yang tidak membahayakan atau mengabaikan aset .

Dalam rangka mewujudkan ekonomi hijau, pemerintah Indonesia telah bekerja secara progresif dalam perencanaan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK) sejak inisiatif tersebut dicetuskan pada konferensi perubahan iklim PBB UNFCCC COP 23 di Bonn, Jerman pada November 2017.

Inisiatif PRK bertujuan untuk secara eksplisit memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan – semisal target pengurangan gas rumah kaca dan daya dukung -- ke dalam kerangka perencanaan pembangunan.


 




Sumber : cobsinsight.org/Kompas.com/esdm.go.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x