Kompas TV kolom opini

Opini : Tujuh Pahlawan yang Mengemuka di Masa Pandemi Covid-19

Kompas.tv - 13 Juni 2020, 20:36 WIB
opini-tujuh-pahlawan-yang-mengemuka-di-masa-pandemi-covid-19
Opini : Tujuh Pahlawan yang Mengemuka di Masa Pandemi Covid-19 (Sumber: Oleh: Y. Edward Horas S. (Pegawai Pemerintahan yang akan menjalankan WFO))

MAKASSAR, KOMPAS TV - Apa yang tebersit di pemikiran pembaca ketika mendengar kata “Pahlawan”? Sekilas pasti kita akan langsung teringat dengan nama Ir. Soekarno, Jenderal Sudirman, I Gusti Ngurah Rai, Teuku Umar, dan orang-orang terhormat lainnya. Ya, pahlawan sangat pantas dihormati, karena jasa yang telah mereka lakukan, yang terbilang sangat besar bagi seantero negeri ini.

Melirik kepada pengertian yang bersumber dari KBBI, salah satu arti kata pahlawan adalah “orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran”. Sementara, ketika dilihat dari pemahaman kebanyakan orang secara umum, rata-rata semua sepakat, bahwa “Pahlawan” adalah orang-orang yang terpilih dan telah terbukti berjasa besar bagi negara ini, dengan mengorbankan segala sesuatu yang dipunyai demi kepentingan bangsa dan negara”.

Pada ulasan berikut, penulis tidak akan paparkan pahlawan dalam konteks orang-orang yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan secara resmi oleh negara sebagai pahlawan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, dengan gelar Pahlawan Nasional, yang termasuk juga di dalamnya meliputi Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera.

Yang akan penulis beberkan adalah mereka, para pahlawan yang mengemuka dalam masa pandemi Covid-19, dengan kriteria bahwa mereka telah mengorbankan segala sesuatu demi penanganan wabah Covid-19, mulai dari pencegahan penyebaran sampai kepada penanggulangan akibat Covid-19, di seluruh aspek kehidupan yang telah terdampak.

Kemudian penulis tidak akan menyebutkan nama mereka satu per satu, karena terlalu banyak yang pantas disematkan gelar pahlawan. Oleh sebab itu, hanya kriteria untuk disebut sebagai pahlawan saja yang penulis jabarkan, menurut hasil pengamatan penulis semasa pandemi Covid-19. Kata kunci yang menjadi dasar utama bagi penulis untuk menyematkan gelar pahlawan kepada mereka adalah “Pengorbanan”.

Berikut adalah mereka:

Tenaga Kesehatan;

Inilah pahlawan pertama yang penulis utarakan. Mereka, para tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, tenaga farmasi, bidan, dan lainnya, merupakan salah satu dari pasukan garda terdepan dalam menanggulangi Covid-19. Jiwa kemanusiaan penulis pun bergetar ketika mengetahui salah satu sumpah dari mereka, para dokter, yang berbunyi, ”Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat”.

Telah terdengar di sana sini, banyak dari mereka yang tidak pulang ke rumah, selain karena tidak ingin keluarga mereka tertular Covid-19, tidak ada waktu yang bisa mereka gunakan karena habis oleh pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang jumlahnya semakin melimpah ruah. Bahkan dalam pelayanan mereka, mereka juga bisa mengorbankan nyawa mereka sendiri, oleh sebab mereka sangat berpotensi besar tertular Covid-19 secara langsung dari pasien. Semua itu mereka lakukan dan relakan, karena semata-mata demi pengutamaan kesehatan pasien, seperti yang tertulis dalam sumpah mereka.

Sungguh, penulis tidak tahu mau berpendapat apalagi tentang mereka ini, terlebih ketika melihat banyak dari mereka yang telah berguguran dalam memerangi Covid-19 ini. Sangat pantas kepada mereka, penulis sematkan gelar pahlawan.

Aparat Keamanan;

Dalam pembatasan sosial berskala besar yang disertai dengan imbauan pemerintah untuk beraktivitas dari dalam rumah, ada kemungkinan terjadi peningkatan kriminalitas di lapangan. Hal ini dilakukan oleh mereka yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tempat mereka bekerja terkena dampak Covid-19, sehingga harus menghentikan aktivitasnya. Mereka yang tidak bekerja ini, pastinya akan melakukan segala sesuatu demi mempertahankan kelangsungan hidupnya, tidak terkecuali melakukan tindakan kriminalitas. Di sinilah, aparat keamanan hadir sebagai pahlawan, karena telah mengorbankan waktu dan tenaga mereka lebih ekstra untuk menjaga keamanan dan kondusivitas situasi di lapangan, yang berpotensi terganggu karena tindakan kriminalitas. Selain itu, potensi keselamatan diri juga mereka pertaruhkan ketika menghadapi tindakan kriminalitas yang terjadi.

Di sisi lain, pemerintah juga tidak menutup mata melihat pengangguran sementara ini, dengan meluncurkan bantuan dalam program kartu Pra Kerja.

Relawan Desa;

Tingkat pemerintahan yang terkecil dan langsung menyentuh masyarakat adalah Desa, yang dipimpin oleh Kepala Desa  dibantu seluruh perangkatnya. Mereka inilah yang berhubungan paling dekat dengan seluruh masyarakat. Semasa pandemi Covid-19, selain bertugas menjalankan pemerintahan Desa, mereka juga beroleh amanat dari pemerintah untuk menjadi relawan desa, dengan dibantu pihak lainnya yang tergerak hatinya dalam desa tersebut. Beberapa tugas mereka antara lain melakukan edukasi terkait pencegahan penyebaran virus Corona, mendata kesehatan masyarakat desa, menangani masyarakat desa yang menderita Covid-19, dan lainnya. Dalam segala pelaksanaan tugas mereka, tidak menutup kemungkinan adanya pertemuan tatap muka secara langsung antara mereka dengan masyarakat, sehingga potensi mereka tertular Covid-19 semakin besar. Di sini, mereka tercatat telah berkorban bahkan sampai kepada kesehatan mereka sendiri, demi kepentingan seluruh masyarakat desa.

Orang yang Tidak Mudik Lebaran;

Pada lebaran tahun ini, dirasakan sangat berbeda oleh kebanyakan orang. Terdapat sebagian orang yang secara sadar memilih untuk tidak mudik ke pulang kampungnya. Ketidakhadiran mereka di kampung bukan tanda bahwa mereka tidak sayang kepada orang tuanya, melainkan itu adalah sebuah bukti mereka sangat sayang kepada orang tuanya. Ya, mereka tidak ingin COVID-19 menyebar kepada orang yang mereka sangat sayangi, orang tua mereka, dan sanak saudara mereka. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa siapa yang tahu kalau nanti di tengah perjalanan mereka mudik, mereka ternyata tertular COVID-19. Mereka, orang yang memilih tidak mudik ini, adalah orang yang berjasa bagi negeri ini, karena telah berkontribusi memperlambat penyebaran virus Corona, meskipun di sisi lain mereka harus mengorbankan rasa kerinduan mereka untuk bertemu muka dengan muka dengan keluarganya di kampung.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x