Kompas TV kolom opini

Ngobrol di Baccano

Kompas.tv - 28 Januari 2024, 22:11 WIB
ngobrol-di-baccano
Paus Fransiskus di Kapel Sistina, Vatikan (Sumber: Trias Kuncahyono)

Oleh: Trias Kuncahyono

KOMPAS.TV - Malam itu, kami bertemu di Baccano, sebuah restoran di Via delle Muratte, Roma. Boccano Mediterranean restaurant, begitu tulisannya. Restoran ini tak jauh dari Trevi Fountain, letaknya. Hanya, sekitar 650 meter. Jalan kaki hanya butuh waktu tiga menit.

Trevi Fountain atau La Fontana di Trevi adalah sebuah air mancur yang menjadi tujuan wisata yang begitu kondang. Meskipun namanya La Fontana di Trevi, Tiga Air Mancur, namun air mancurnya tidak tiga melainkan hanya satu. Nama ini diambil dari adanya tiga jalan yang mengarah ke air mancur itu tre via atau tiga jalan.

Baca Juga: Kupandang Visuvius dari Balkon

Barangkali air mancur bergaya
baroque di Piazza di Trevi yang dibangun dari 1732 hingga 1762 ini, paling terkenal di dunia. Air mancur ini dipersembahkan kepada Paus Clemen XII.

Ada tradisi, bila berwisata ke air mancur itu, para wisatawan melemparkan uang koin ke dalam air mancur. Saat melempar pun ada caranya. Berdiri membelakangi air mancur.

Lalu, melempar dengan tangan kanan, melewati bahu kiri. Dan kedua mata tertutup. Menurut legenda yang melempar koin ke dalam air mancur dengan cara seperti itu, akan kembali lagi ke Roma, suatu hari.

***

Bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (Sumber: Erick)

Sambil menikmati makan malam di restoran Baccano, kami–Haedar Nashir bersama istri Siti Noordjannah Djohantini serta saya dan istri–ngobrol banyak hal. Namanya ngobrol, apa saja diomongkan; tidak bertema, tidak sistematis. Apalagi ilmiah, tentu saja tidak. Mungkin malahan tidak berbobot.

Tapi, sekalipun tidak berbobot, obrolan kami malam itu menyenangkan. Kami senang bisa ngobrol mulai dari nanam cabe, tomat, kangkung, dan pisang kepok; makan bulgur, ketela, ubi, uwi, dan talas; ngobrol soal teman-teman dan saudara-saudara di desa (ternyata antara kami dan Bu Siti Noordjannah masih agak “bau-bau” sedulur katut); hingga ngobrol soal politik, walau hanya sambil lalu, pun tidak substansial.

Ketika masuk ke ranah politik, kami sama-sama hati-hati. Bukan apa-apa. Pertama, kami bukan politisi apalagi ahli politik. Maka tahu diri. Kedua, sekarang ini kalau bicara politik bisa ke mana-mana, termasuk ngrasanin orang lain, njelek-njelekin orang, dan bisa emosi. Maka kami memilih menghindar.

Baca Juga: Berpolitik Itu Tidak Dosa

Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah itu bersama istri berada di Roma atas undangan Higher Committee of Human Fraternity. Selain Haedar Nashir yang mewakili Muhammadiyah, diundang juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Yahya Cholil Staqub, mewakili NU.

Mereka bertemu Paus Fransiskus bersama nominator lainnya dari Chile dan Mesir. Hanya saja Gus Yahya Staqub diterima Paus pada hari berikutnya.

Kedua organisasi keagamaan besar di Indonesia ini dinominasikan untuk memperoleh anugerah Zayed Award for Human Fraternity atas kiprah mereka di bidang kemanusiaan, persaudaraan umat manusia. Penghargaan Zayed dianugerahkan kepada seseorang atau entitas yang tidak hanya mengakui persaudaraan manusia tetapi terlebih lagi memperjuangkan dan memelihara nilai-nilai persaudaraan manusia.

Penganugerahan ini merupakan contoh belas kasih dan solidaritas kemanusiaan. Tujuannya adalah untuk mendukung dan mendorong hidup berdampingan secara damai di semua tingkatan.

Pemberian Zayed Award ini sebagai salah satu bentuk untuk mewujud-nyatakan deklarasi Human Fraternity for World Peace and Living Together yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb.

Deklarasi itu ditandatangani pada tanggal 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Maka sering disebut sebagai Deklarasi Abu Dhabi.

Nama penghargaan ini,  Zayed Award, diambil dari nama Presiden pertama Uni Emirat Arab (UEA) Sheik Mohammed bin Zayed bin Sultan Al-Nahyan, penguasa Abu Dhabi. Sheik Zayed adalah salah satu inisiator Deklarasi Abu Dhabi.

Malam itu, kami sama-sama menikmati teh panas, bukan kopi hitam atau cappuccino atau minuman beralkohol. Kami memilih minuman yang moderat saja. Sebenarnya, Gus Staqub juga kami undang untuk ketemuan, karena satu dan lain hal, tidak bisa datang.

***

Bersama Ketua Umum PB NU, KH Yahya Cholil Staqub (Sumber: Erick)


Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x