Kompas TV kolom opini

Isu Intervensi di Balik Batalnya Piala Dunia U20 di Indonesia

Kompas.tv - 8 April 2023, 07:15 WIB
isu-intervensi-di-balik-batalnya-piala-dunia-u20-di-indonesia
Logo Piala Dunia U20 yang sedianya akan berlangsung di Indonesia, 20 Mei-11 Juni 2023. FIFA akhirnya mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20. (Sumber: kemenpora.go.id)

Pengakuan Ketua Umum PSSI Erick Thohir bahwa FIFA melihat adanya intervensi dalam penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U20 di Indonesia merupakan bukti FIFA  merupakan kekuatan transnasional yang memiliki kemampuan melebihi negara.

Joseph Nye dan Robert Keohane mendefinisikan hubungan transnasional sebagai interaksi di luar batas negara yang tidak dikendalikan oleh organ utama pemerintah.

Margaret Keck dan Kathryn Sikkink menyebut LSM, gerakan sosial lokal, media, organisasi antarpemerintah, maupun bagian atau cabang tertentu dari pejabat negara merupakan aktor non-negara yang bisa mempengaruhi politik internasional.

Lebih lanjut, keduanya mendefinisikan jaringan pendukung transnasional (transnational advocacy network) sebagai sekumpulan aktor yang bertindak secara internasional dalam isu tertentu, terikat oleh nilai bersama, kesamaan kesepakatan, dan pertukaran informasi serta layanan yang intensitasnya ketat.

Atas dasar inilah Indonesia yang telah menyepakati perjanjian penyelenggaraan Piala Dunia U20 tapi belakangan terseret-seret oleh polemik keikutsertaan Timnas Israel menabrak nilai kosmopolitan dan norma universal yang diadopsi FIFA.

Parahnya lagi, FIFA melihat ada intervensi sehingga memutuskan membatalkan status tuan rumah Indonesia.

Federasi sepak bola dunia itu menggunakan apa yang disebut Keck dan Sikkink sebagai “compulsory power”, kekuatan yang tak hanya membujuk namun juga mampu menekan atau memaksakan hal wajib untuk dipatuhi oleh anggotanya.

Indonesia tidak bisa menawar penyelenggaraan Piala Dunia dengan apapun syarat dan alasannya. Termasuk, alasan konstitusi mengamanatkan penghapusan penjajahan yang ditudingkan kepada Israel terhadap Palestina.

Keputusan FIFA membatalkan status tuan rumah Indonesia meskipun jadwal penyelenggaraan sudah di depan mata menunjukkan bagaimana sebuah kekuatan transnasional raksasa bekerja men-diffusi norma globalnya.

Menurut Amitav Acharya, aktor transnasional, termasuk FIFA, tak sekedar sebuah organisasi biasa. Ia membawa norma global yang tentu berdampak pada praktik dan nilai lokal anggotanya.

Dengan kata lain, norma global yang dibawa FIFA lebih berharga dan utama ketimbang norma atau kepercayaan lokal negara anggotanya.

Baca Juga: Hanya Diberi Kartu Kuning oleh FIFA, Indonesia Disebut Berpeluang Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17

Maka dari itu, bisa dipastikan semua negara anggota FIFA akan tunduk pada statuta dan jika tidak akan dijatuhi sanksi atau dikucilkan. Dalam relasi transnasional juga terjadi apa  yang disebut sebagai “pola bumerang”.

Menurut Keck dan Sikkink, “pola bumerang” adalah pola relasi yang memberi aktor lokal peluang untuk naik kelas dengan bergabung dalam jaringan internasional.

Indonesia sebagai anggota FIFA berharap kualitas sepak bolanya naik kelas ke level internasional dengan menjadi anggota, mengikuti standar FIFA dan mendapatkan benefit kompetisi.

Sebaliknya, juga terjadi apa yang disebut Cristoper Pallas sebagai “inverse boomerang effect”, yakni pola bumerang terbalik. Tak hanya mengakomodasi kebutuhan anggota seperti Indonesia, dengan kasus pencabutan status tuan rumah Indonesia, FIFA sebagai aktor transnasional mampu memperkuat legitimasi kelembagaannya secara global.

Baca Juga: Soal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U17, Indonesia Diminta Fokus Dulu pada Upaya Pencabutan Sanksi FIFA

Dalam kasus penolakan Timnas Israel di Indonesia, keputusan FIFA meneguhkan otoritasnya yang tidak dapat diganggu gugat oleh negara anggota mana pun. Kasus gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 dijadikan FIFA sebagai semacam monumen peringatan bagi seluruh anggota FIFA agar patuh pada statuta.

Adu pengaruh antara FIFA dan Indonesia sebelum keputusan pembatalan menandakan ada jurang  pemahaman antara pandangan realis yang dianut sebagian masyarakat maupun elit politik di Indonesia, dan di sisi lain pandangan liberal/transnasional yang mengutamakan kerja sama dan norma global di atas kepentingan negara.

Di dalam negeri, isu Israel menimbulkan polemik kelompok pro dan kontra. Juga imbasnya Garuda Muda batal tanding. Sementara di panggung global, Indonesia kehilangan peluang emasnya dan kini juga terancam sanksi FIFA.

Tak tertutup kemungkinan di lain waktu isu serupa akan kembali terulang. Indonesia bisa kena imbas yang sama jika kurang kalkulasi yang matang.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x