Kompas TV kolom opini

Gusti Ora Sare

Kompas.tv - 3 April 2023, 07:20 WIB
gusti-ora-sare
Ilustrasi. (Sumber: Istimewa)

Oleh: Trias Kuncahyono

Ketika mau menulis “dongeng” ini saya teringat sahabat saya, Sukardi Rinakit. Cak Kardi, begitu saya biasa menyapanya, tahun 2008 menerbitkan buku "Tuhan Tidak Tidur” (Gusti Ora Sare). Buku ini merupakan kumpulan esai kearifan pemimpin.

Karena ingat Cak Kardi, maka “dongeng” inipun saya beri judul Gusti Ora Sare. Bahkan, Gusti tidak hanya tidak sare, tetapi Gusti tidak pernah sare, Tuhan tidak pernah tidur.

Dalam filosofi budaya Jawa, istilah Gusti ora sare merupakan ungkapan doa keyakinan Tuhan tidak tidur. Ungkapan tersebut menunjukkan sikap orang Jawa dalam menjalani kehidupan selalu pasrah pada ketetapan Allah.

Sebesar apa pun usaha manusia dan hasil yang diraihnya, Allah lah yang memberikan izin. Kata pepatah, Homo proponit, sed Deus disponit, Manusia berencana, Tuhan yang memutuskan.

***

Manusia percaya, Tuhan memiliki sifat Maha Mengetahui, Maha Memberi, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan lainnya. Ia adalah sang Mahatahu, Maha Melihat, Maha Pengampun, dan Mahabijak. Ia tidak tidur. Ia selalu terjaga. Ia selalu melihat atas segalanya.

Ia bukanlah sang penghukum. Ia juga bukan sang pendendam. Ia sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebab, Allah adalah kasih. Meskipun manusia kadang mengaitkannya dengan balas dendam atau bahkan kewajiban akan kebencian dan kekerasan.

Kesadaran demikian -misalnya, Gusti ora sare- membuat orang tidak akan sembrono dan gegabah dalam bertindak. Dan kalaupun jatuh karena sembrono dan gegabah atau salah perhitungan atau tak kuasa menolak kehendak kuasa besar, maka ia (manusia) tidak kehilangan asa. Karena ia tidak hanya tahu tetapi percaya bahwa Gusti ora sare.

Ia yang percaya bahwa Gusti ora sare yakin, Gusti mengetahui bahwa ia berjuang untuk bonum commune; ia bekerja untuk kemaslahatan orang banyak, bukan untuk kepentingan diri atau kelompoknya.

Kata Aristoteles bonum commune atau kebaikan bersama adalah sesuatu yang tak terhindarkan bagi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia perlu mengarahkan hidupnya untuk ‘kebaikan bersama’, kebaikan bagi seluruh anggota komunitas, masyarakat umum.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x