Kompas TV internasional kompas dunia

Kabar Baik: Penderita Covid-19 di Italia Menurun Drastis

Kompas.tv - 16 April 2020, 12:23 WIB
kabar-baik-penderita-covid-19-di-italia-menurun-drastis
Italia kerahkan tentara lakukan lockdown di daerah yang parah terdampak (Sumber: kompas.com)
Penulis : Herwanto

ROMA, KOMPAS.TV -

Italia menjadi negara Eropa yang terparah terkena imbas virus korona covid-19. Namun dalam beberapa hari terakhir, kasus infeksi terbaru dilaporkan melamban.
 
Jumlah kasus baru melambat menjadi 2.667 dari sebelumnya 2.972. Hal ini melanjutkan tren penurunan baru-baru ini.
 
“Ada 3.079 orang dalam perawatan intensif pada Rabu dibanding 3.186 pada hari Selasa. Ini adalah penurunan harian ke-12 berturut-turut,” sebut Dinas Perlindungan Sipil Italia, seperti dikutip AFP, Kamis, 16 April 2020.

“Dari mereka yang awalnya terinfeksi, 38.092 dinyatakan pulih, dibanding 37.130 dilaporkan sehari sebelumnya. Ini sebuah peningkatan yang positif,” imbuh pernyataan itu.
 
Adapun jumlah kematian akibat epidemi covid-19 di Italia naik 578 pada Rabu 15 April. Angka ini turun dari 602 sehari sebelumnya.
 
Jumlah kasus baru adalah yang terendah sejak 13 Maret tetapi jumlah kematian harian tetap tinggi. Korban meninggal tercatat di angka 525 dan 636 selama 11 hari terakhir, kecuali penurunan tajam ke 431 pada Minggu Paskah, yang segera berbalik pada hari berikutnya.
 
Total korban tewas sejak wabah itu terungkap pada 21 Februari naik menjadi 21.645. Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
 
Jumlah kasus yang dikonfirmasi secara resmi naik ke 165.155, penghitungan global tertinggi ketiga di belakang Amerika Serikat dan Spanyol.
Covid-19 telah menginfeksi 2.056.055 jiwa di seluruh dunia saat ini. Sementara korban meninggal mencapai 134.178 dan yang sembuh berada di angka 511.019 orang.
 

Belgia mencatat Kasus Tertinggi Covid-19 Dalam Sehari

Virus corona yang menyebar di seluruh dunia (Sumber: kompas.com)

Kabar baik di Italia tidak berlaku di Begia. Negara yang melahirkan pesepakbola hebat ini, mencatat tambahan 2.454 kasus virus korona (covid-19) dalam 24 jam terakhir. Itu merupakan infeksi harian tertinggi di Belgia sejak covid-19 pertama kali mewabah di negara tersebut.
 
Dilansir dari TASS, Kementerian Kesehatan Belgia menyatakan, Jumlah virus korona meningkat setelah dilakukan tes di panti jompo (Rabu 15 April 2020).
Dari ribuan infeksi terbaru, sebagian di antaranya berasal dari sejumlah panti jompo. Kemenkes Belgia khawatir panti jompo dapat menjadi salah satu hotspot covid-19.

Sejauh ini, total 33.573 kasus covid-19 telah terkonfirmasi di Belgia. Sementara angka kematiannya hingga Rabu ini telah menyentuh 4.440.
Dari total pasien covid-19, sebanyak 5.524 dirawat di kamar biasa, dan 1.204 lainnya di unit perawatan intensif atau ICU.

Lockdown di Belgia Diperpanjang

Pada 14 Maret, Belgia menerapkan lockdown berskala nasional yang berlaku hingga 5 April. Belgia kemudian memutuskan memperpanjang lockdown hingga 3 Mei mendatang.
 
Di bawah lockdown, semua fasilitas pendidikan ditutup, sedangkan kegiatan belajar mengajar dilakukan dari jarak jauh. Seperti persekolahan, sejumlah perusahaan swasta di Belgia memberlakukan skema bekerja dari rumah atau work from home (WFH) selama berlangsungnya pandemi covid-19.

Di Ekuador Ratusan Mayat Digeletakkan di Jalanan Akibat Corona

Makam di Ekuador akibat covid-19 (Sumber: AFP-Jose Sanchez)

Kasus kematian karena virus corona di Belgia setali tiga uang dengan di Ekuador.
Bahkan ketidaksiapan mengurus orang yang meninggal karena covid-19 lebih tragis. Pemandangan mengerikan akibat wabah virus Corona ini terjadi di Kota Guayaquil, Ekuador. Banyak mayat diletakkan di jalanan.

Ekuador mengatakan polisi telah memindahkan hampir 800 mayat dalam beberapa pekan terakhir dari rumah-rumah di Guayaquil. Kota ini menjadi episentrum penyebaran wabah virus corona di Ekuador, setelah covid-19 ini membanjiri layanan darurat, rumah sakit, dan tempat pemakaman.

Pekerja kamar mayat di kota pelabuhan Pasifik tidak dapat mengatasi tumpukan mayat yang tersimpan. Warga memposting video di media sosial yang memperlihatkan mayat yang ditinggalkan di jalan-jalan.

"Jumlah yang kami kumpulkan dengan satuan tugas dari rumah-rumah penduduk melebihi 700 orang," kata Jorge Wated, yang memimpin tim polisi dan personil militer yang dibentuk oleh pemerintah untuk membantu mengatasi kekacauan yang dilepaskan oleh COVID-19, seperti dilansir dari AFP (15/4).

Kamar mayat di Ekuador Penuh

Dia kemudian mengatakan pada hari Minggu, bahwa gugus tugas bersama, yang beroperasi selama tiga minggu terakhir, telah mengambil 771 mayat dari rumah dan 631 lainnya dari rumah sakit, yang kamar mayatnya penuh.

Wated tidak merinci penyebab kematian para korban, 600 di antaranya kini telah dikuburkan oleh pihak berwenang.
Ekuador telah mencatat 7.500 kasus virus korona sejak diagnosis pertama dikonfirmasi pada 29 Februari.
Provinsi pesisir Guaya menyumbang lebih dari 70 persen dari mereka yang terinfeksi di negara itu, dengan 4.000 kasus di ibukota Guayaquil, menurut pemerintah nasional.

Militer dan polisi mulai mengeluarkan mayat-mayat dari rumah tiga minggu setelah sistem kamar mayat di Guayaquil runtuh, menyebabkan keterlambatan dalam layanan forensik dan rumah duka hingga 15 jam dalam sehari..

Warga Guayaquil memposting video di media sosial tentang mayat yang ditinggalkan di jalanan, bersama dengan pesan yang meminta bantuan untuk mengubur anggota keluarga mereka.

Pemerintah Ekuador telah mengambil tugas mengubur mayat, mengingat ketidakmampuan kerabat untuk melakukan itu karena berbagai alasan, termasuk karena finansial.

Pada awal April, Wated mengatakan, "Para ahli medis sayangnya, memperkirakan bahwa kematian terkait COVID-19 dalam bulan-bulan ini akan mencapai antara 2.500 dan 3.500, hanya di provinsi Guaya."

Krisis Terburuk Di Kota Pelabuhan, Guayaquil Ekuador

Wali Kota Guayaquil Cynthia Viteri menyebut wabah Covid-19 menjadi krisis terburuk yang pernah dialami kota pelabuhan berpenduduk hampir 3 juta orang tersebut.

"Tidak ada ruang bagi yang hidup atau yang mati. Itulah seberapa parah pandemi di Guayaquil," kata Cynthia dilansir dari AFP, Rabu (15/4/2020).

Saat ini, kota Guayaquil telah mencatatkan 369 kematian. Sang walikota sendiri meyakini jumlah korban tewas akibat Covid-19 bisa saja lebih banyak dari data resmi.

Malapetaka yang terjadi di Guayaquil diyakini akibat ketidaksiapan pemerintah setempat dalam mengantisipasi penyebaran wabah Corona.

Walikota Guaya: Di Sini Sudah Mirip Seperti Yang Terjadi Di Wuhan Ketika Coroana Meledak

Viteri tak menyangkal tanggapan itu. Dia bahkan mengatakan tak pernah membayangkan kota yang dipimpinnya bisa berada di kondisi seperti Wuhan, China beberapa bulan lalu.

"Tidak ada yang percaya bahwa apa yang kami lihat di Wuhan, orang-orang yang meninggal di jalan, akan terjadi di sini," ungkapnya.

Guayaquil dikatakan rentan terhadap penyebaran virus Corona lantaran tingginya aktivitas penerbangan dari kota itu ke berbagai negara Eropa.

Kasus pertama pasien virus Corona di Ekuador adalah seorang wanita tua yang sebelumnya bepergian ke Spanyol.

"Di sinilah bom meledak, di sinilah pasien nol tiba, dan karena itu adalah waktu liburan, orang-orang bepergian ke luar negeri, beberapa ke Eropa atau Amerika Serikat, dan orang-orang kami yang tinggal di Eropa datang ke sini," pungkas Wali Kota Guayaquil Cynthia Viteri.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x