MOSKOW, KOMPAS.TV – Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia dalam beberapa hari mendatang, termasuk Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Para pemimpin ini akan berkumpul di Kazan, Rusia, Selasa (22/10/2024), untuk menghadiri pertemuan kelompok BRICS, yang beranggotakan negara-negara berkembang.
Pertemuan ini menegaskan perang di Ukraina dan surat perintah penangkapan internasional terhadap Putin tidak membuatnya jadi sosok yang dihindari di dunia.
BRICS, yang bertujuan menyeimbangkan tatanan dunia yang dipimpin Barat, awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Tahun ini, kelompok ini berkembang pesat dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi pada Januari. Selain itu, Turki, Azerbaijan, dan Malaysia secara resmi mengajukan aplikasi keanggotaan, dengan beberapa negara lain juga menyatakan minatnya.
Baca Juga: Dubes Rusia: Indonesia Kandidat Kuat untuk Interaksi dengan BRICS
Keberhasilan bagi Rusia
Pejabat Rusia melihat pertemuan ini sebagai pencapaian besar. Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin, mengatakan 32 negara telah mengonfirmasi kehadiran, dengan lebih dari 20 negara akan diwakili oleh kepala negara.
Ushakov menambahkan Putin akan mengadakan sekitar 20 pertemuan bilateral, dan pertemuan ini berpotensi menjadi "acara kebijakan luar negeri terbesar yang pernah diadakan" di tanah Rusia.
Apa yang diharapkan Kremlin?
Para analis mengatakan Kremlin ingin menampilkan citra bersanding dengan sekutu globalnya di tengah ketegangan yang berlanjut dengan Barat, sekaligus bernegosiasi untuk memperkuat ekonomi Rusia dan upaya perangnya. Bagi para peserta lainnya, ini adalah kesempatan untuk memperkuat pengaruh dan narasi mereka.
Menurut Alexander Gabuyev, Direktur Carnegie Russia Eurasia Center, BRICS menawarkan kesempatan untuk memperluas hubungan tanpa terlalu banyak kewajiban.
"Kecantikan BRICS adalah tidak ada terlalu banyak ikatan yang mengikat. Namun, ada peluang menarik yang mungkin muncul, termasuk lebih banyak waktu bertemu dengan para pemimpin dunia," katanya.
Bagi Putin, KTT ini penting secara pribadi karena menunjukkan kegagalan upaya Barat untuk mengisolasinya.
"Ini akan menunjukkan Rusia adalah pemain penting yang memimpin kelompok baru yang akan mengakhiri dominasi Barat," kata Gabuyev. Kremlin juga berencana memperluas perdagangan dan menghindari sanksi dengan berbicara kepada negara-negara besar seperti India dan China.
Baca Juga: Putin: Pertumbuhan Ekonomi Akan Berpusat di Negara BRICS, Arab Saudi, Asia Tenggara, dan Afrika
Proyek Sistem Pembayaran Alternatif
Rusia ingin lebih banyak negara bergabung dalam proyek sistem pembayaran alternatif yang akan menggantikan jaringan perbankan global SWIFT, memungkinkan Rusia berdagang tanpa khawatir terkena sanksi.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.